Suara.com - Para peneliti kini tengah meneliti bahayanya infeksi ringan penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) pada manusia. Pasalnya, gejala infeksi ringan tidak tampak dan tidak disadari oleh orang yang terjangkit.
Menurut Dr. David Swerdlow, peneliti di Pusat Pengendali dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), orang bisa terjangkit MERS tanpa harus terlebih dahulu mengalami penyakit pernapasan yang parah.
"Orang yang terjangkit MERS tidak selalu mereka yang mengalami pneumonia dan dirawat di ICU," kata David.
"Kami beranggapan, orang-orang ini (yang tidak terkena pneumonia) tidak berpotensi menularkan MERS (kepada orang lain), tapi kita belum dapat memastikan hal itu," lanjutnya.
Tim CDC yang melakukan penelitian di Arab Saudi, tempat pertama munculnya MERS, sedang menyelidiki apakah mereka yang terinfeksi ringan masih dapat menularkan virus kepada orang lain. Tim ini berencana meneliti anggota keluarga pasien pengidap MERS, meski mereka tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit berbahaya tersebut.
Sejauh ini, mereka yang terjangkit MERS menunjukkan gejala seperti batuk, demam, dan penumonia yang parah. Jumlah pengidap MERS naik tiga kali lipat dalam satu bulan terakhir. Di Arab Saudi sendiri, jumlah pasien yang terjangkit MERS mencapai lebih dari 500 orang. (Reuters)