Studi: Memaafkan Bermanfaat bagi Kesehatan

Ririn Indriani Suara.Com
Jum'at, 16 Mei 2014 | 09:29 WIB
Studi: Memaafkan Bermanfaat bagi Kesehatan
Ilustrasi. (Sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orang yang mampu memaafkan kesalahan diri dan orang lain cenderung bisa melupakan kesalahan itu. Kondisi psikologis yang positif ini bisa bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental.

Demikian hasil studi terkini dari School of Psychology and Neuroscience University of St Andrews di Skotlandia seperti dilansir dari Medical Daily.

Dalam studi ini, para peneliti melibatkan 30 orang partisipan untuk mengeksplorasi hubungan antara memaafkan dan melupakan.

Para peneliti lalu meminta masing-masing partisipan membaca 40 skenario yang berisi kesalahannya, termasuk perselingkuhan, fitnah, dan pencurian.

Selanjutnya, para peserta mengevaluasi setiap pelanggaran yang telah dilakukan dan menjawab pertanyaan, "Jika Anda adalah korban, akan Anda memaafkan kelakuan buruk tersebut?".

Dua minggu kemudian, para partisipan ini kembali diminta membaca skenario kesalahan mereka. Namun, kali ini masing-masing skenario dipasangkan dengan kata isyarat yang tertulis dengan tinta merah atau hijau.

Bila kata isyarat muncul dengan warna hijau, maka peserta diminta untuk mengingat skenario terkait; tapi ketika kata isyarat muncul dengan warna merah, mereka diminta menghindari berpikir tentang skenario.

Para peneliti menggunakan standar berpikir ini untuk menguji apakah pengampunan dapat mempengaruhi proses melupakan.

Prosedur dasarnya ialah melatih orang untuk melupakan informasi tertentu, dan ini sering digunakan dalam penelitian memori.

Hasil penelitian menunjukkan, para partisipan yang mampu memaafkan kesalahan mereka di skenario pertama, dapat melupakan kesalahan itu bahkan pada skenario ke dua.

Hal ini memperlihatkan sekali kesalahan telah dimaafkan, maka secara psikologis lebih mudah untuk dilupakan.

Sementara berdasarkan perspektif ilmu kognitif, mengatasi emosi negatif yang kuat pada seseorang yang melakukan kesalahan pada kita dan menolak dorongan untuk membalas dendam adalah dua sifat yang dianggap sebagai fungsi kontrol eksekutif.

Studi terdahulu menunjukkan kontrol eksekutif juga terlibat dalam kemampuan untuk melupakan. Mungkin ini mekanisme kognitif yang menghubungkan antara memaafkan dan melupakan.

"Kemungkinan adanya hubungan antara memaafkan dan melupakan adalah terarah dan jauh lebih kompleks selama waktu yang cukup lama," ujar Saima Noreen, penulis utama studi.

Lebih lanjut ia mengatakan: "Kami berharap, bidang penyelidikan baru dapat menggabungkan melupakan dan memaafkan yang dapat memunculkan alat terapi kuat yang akan memungkinkan orang untuk" memaafkan dan melupakan "lebih efektif."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI