Suara.com - Direktur Perusahaan Daerah Pengelolaan Air Limbah (PD PAL) Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Muhidin, mengakui sebagian besar pembuangan limbah rumah tangga berupa tinja di daerahnya sangat memprihatinkan.
Masalahnya, kata muhidin, bak penampungan tinja (septik tank) di kota berpenduduk sekitar 730.000 jiwa itu, tidak sesuai standar. Dari sekian tempat pembuangan tinja di Banjarmasin hanya sekitar empat persen, atau 6.000 rumah yang benar-benar sesuai standar. Akibatnya, tinja tetap mengalir ke lingkungan perairan.
"Akibat kenyataan itu, air sungai Banjarmasin menjadi tidak sehat, karena terkontaminasi bakteri. Jika air diminum dapat menyebabkan kolera dan diare," kata Muhidin di Banjarmasin, Kamis (8/5/2014).
Diungkapkan, 636 sampel dari 285 titik lokasi yang diteliti, menunjukkan adanya penurunan kualitas air akibat tercemar bakteri. Dan, secara kimiawi, 75 persen air dari sumber tersebut tidak memenuhi baku mutu air minum, yang parameternya dinilai dari unsur nitrat, nitrit, dan mangan.
Karena itu, PD Pal melakukan berbagai upaya penyuluhan dan desiminasi agar masyarakat mengetahui pentingnya septik tank yang benar. Sehingga, air sungai Banjarmasin menjadi bersih dan bisa dimanfaatkan untuk minum dan keperluan lainnya.
"Jika warga mau membuat septik tank sendiri, PD Pal bersedia melakukan pemasangan yang baik secara gratis. Karena tersedia dana sebesar Rp14 miliar bantuan Australia yang disalurkan melalui Departemen Pekerjaan Umum siap digunakan untuk keperluan tersebut," katanya. (Antara)