Segera Hadir Tes Darah untuk Mendeteksi Depresi

Ririn Indriani Suara.Com
Rabu, 30 April 2014 | 21:01 WIB
Segera Hadir Tes Darah untuk Mendeteksi Depresi
Ilustrasi tes darah. (Sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tes darah untuk mendeteksi depresi yang sebelumnya dianggap sebagai sesuatu yang tak mungkin, tampaknya kini akan segera menjadi kenyataan.

Seperti dilansir dari Times of India, sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Medical University of Vienna menunjukkan bahwa  pada prinsipnya penyakit mental seperti depresi sebenarnya bisa didiagnosis dengan cara ini.

Para peneliti menjelaskan bahwa serotonin transporter (SERT) adalah protein dalam membran sel yang memfasilitasi pengangkutan serotonin neurotransmitter (dikenal sebagai "hormon kebahagiaan") ke dalam sel.

Di otak, SERT mengatur jaringan saraf depresi. Kondisi depresi, kata peneliti, sering dapat disebabkan oleh kurangnya serotonin.

Akibatnya, SERT juga menjadi bahan utama untuk obat antidepresan. Tak hanya itu, SERT juga terjadi dalam jumlah besar di berbagai organ lain seperti usus atau darah.

Studi terbaru menunjukkan bahwa SERT dalam darah bekerja dengan cara yang sama seperti di otak. Dalam darah, SERT memastikan bahwa trombosit darah mempertahankan konsentrasi yang tepat dari serotonin dalam plasma darah.

Peneliti menggunakan pencitraan resonansi magnetik (MRI) otak dan penyelidikan farmakologis untuk menunjukkan bahwa ada hubungan yang erat antara kecepatan penyerapan serotonin dalam trombosit darah dan fungsi dari jaringan depresi di otak.

Jaringan ini disebut sebagai "default mode network" karena terutama aktif saat istirahat dan proses isi dengan referensi diri yang kuat.

Temuan dari beberapa tahun terakhir juga telah menunjukkan bahwa itu aktif ditekan selama proses berpikir yang kompleks , yang sangat penting untuk tingkat yang memadai konsentrasi .

Menariknya, kata para peneliti, pasien dengan depresi merasa kesulitan untuk menekan jaringan ini selama proses berpikir, yang menyebabkan timbulnya pikiran negatif dan konsentrasi yang buruk.

"Ini adalah studi pertama yang telah mampu memprediksi aktivitas jaringan depresi di otak menggunakan tes darah," kata pemimpin studi Lukas Pezawas dari Departemen Biological Psychiatry di University Departement of Psychiatry dan Psychotherapy.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI