Suara.com - Arab Saudi kembali mengonfirmasi munculnya 10 kasus baru pada penyakit Middle East Respiratory Syndrome (MERS) yang telah menewaskan sekitar sepertiga dari penderita dan mengatakan bahwa dua lagi pasien tewas akibat penyakit itu.
Konfirmasi tersebut menyusul pengumuman Mesir pada Sabtu (26/4/2014) yang menyatakan adanya kasus pertama MERS pada seorang lelaki Mesir yang baru saja kembali dari Riyadh, tempat ia bekerja.
MERS pertama terdeteksi di Arab Saudi dua tahun lalu. Hingga saat ini di negara itu sudah tercatat 323 kasus positif MERS, 94 diantaranya berakhir dengan kematian.
Dari 127 kasus yang diumumkan sejak awal April, penyakit ini terus menunjukkan peningkatan, yakni sekitar 65 persen kasus infeksi.
Kasus-kasus baru itu termasuk tujuh di Jeddah yang menjadi pusat penyebaran wabah saat ini, dua lagi di ibukota Riyadh dan satu di Mekah, kata Kementerian Kesehatan dalam pernyataan di laman resminya.
Sementara itu pemangku Menteri Kesehatan Adel Fakieh mengatakan pada Sabtu, ia memutuskan tiga rumah sakit di Riyadh, Jedah dan Dammam di pantai teluk sebagai pusat pengobatan MERS.
“Ketiga rumah sakit itu bisa mengakomodasi 146 pasien di unit gawat darurat,” katanya saat ditanya wartawan.
Warga Saudi menyatakan keprihatinannya lewat media sosial mengenai upaya pemerintah menangani wabah ini. Bahkan, pekan lalu Raja Abdullah mencopot menteri kesehatan.
Di Jeddah, beberapa orang mengenakan masker dan menghindari kerumunan massa, sementara pihak farmasi mengatakan penjualan pembersih tangan dan produk-produk higienis lain terus melonjak. (Reuters/Antara)