Suara.com - Selama lebih 20 tahun, lemak jenuh yang banyak ditemukan di daging dan susu full krim disebut sebagai penyebab utama gangguan jantung. Karena alasan ini, para ahli menganjurkan masyarakat untuk beralih ke makanan yang mengandung lemak tak jenuh, seperti ikan. Krim dan mentega juga disebut sebagai alternatif pengganti daging.
Tapi sebuah laporan dari 'Annals of Internal Medicine' yang dirilis baru-baru ini menyebutkan hal yang berbeda. Penelitian yang dilakukan ternyata tidak menemukan bukti kuat kaitan lemak jenuh dengan risiko serangan jantung. Penelitian itu dilakukan dengan melakukan meta analisis terhadap 72 sampel, untuk melihat efek dari berbagai macam lemak pada kinerja jantung, baik jantung koroner hingga gagal jantung.
Penelitian ini membandingkan efek yang dialami mereka yang mengonsumsi banyak lemak jenuh dengan yang sangat sedikit mengonsumsinya. Hasilnya, sungguh mengejutkan. Bukan lemak jenuh tetapi trans asam lemak yang banyak ditemukan dalam produk-produk berbasis minyak olahan, yang layak dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit jantung.
Awal bulan ini, editorial sebuah majalah kesehatan di Amerika juga menyebut perdebatan mengenai lemak jenuh masih kontroversi. Majalah itu menyebutkan mengurangi konsumsi lemak jenuh membuat orang beralih ke karbohidrat dan lemak tak jenuh. Dan mengonsumsi lebih banyak karbohidrat meningkatkan risiko diabetes dan kegemukan. Sementara itu salah mengonsumsi lemak tak jenuh juga bisa mengakibatkan inflamasi di pembuluh darah, yang buntut-buntutnya juga meningkatkan risiko terkena serangan jantung. Aduh!
Tapi penelitian ini, bukan menjadi alasan pembenar untuk seenaknya mengonsumsi daging. Penelitian ini hanya menyebutkan lemak jenuh mungkin tidak menyebabkan serangan jantung. Ada 'penjahat' lain yang lebih layak disalahkan, yakni gula yang dapat mengancam jantung karena menyebabkan kegemukan.
Jadi tetaplah membatasi konsumsi lemak sesuai yang dianjurkan, yaitu 30gram per hari untuk laki-laki dan 20gram per hari untuk perempuan. Banyak mengonsumsi sayuran dan buah-buahan tetap menjadi pilihan terbaik. (Sumber: The Guardian)