Suara.com - Selama ini aktivitas menyusui dinilai memberikan banyak manfaat kesehatan bagi bayi.
Namun terlalu lama menyusui bayi (lebih dari dua tahun) justru bisa berakibat buruk bagi si kecil. Demikian hasil studi terkini yang dilakukan para peneliti AS.
Para peneliti mengatakan bahwa semakin sering ibu menyusui anaknya lebih dari usia 24 bulan di siang hari, maka semakin besar pula risiko anak mengalami kerusakan gigi dini yang parah.
"Prioritas ibu menyusui adalah memastikan bahwa anaknya mendapatkan nutrisi yang optimal," kata penulis utama Benjamin Chaffee dari University of California, San Francisco kepada Reuters Health.
Dia dan timnya melihat adanya kemungkinan hubungan antara menyusui jangka panjang dan risiko kerusakan gigi dan rongga dalam survei yang melibatkan 458 bayi di keluarga berpenghasilan rendah di kota Porto Alegre, Brasil.
Karena penelitian berlangsung lebih dari satu tahun, kebanyakan bayi mengonsumsi pula berbagai jenis makanan padat dan cairan selain Air Susu Ibu (ASI).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan bahwa bayi diberi ASI eksklusif untuk enam bulan pertama kehidupan mereka. Setelah enam bulan ditambah dengan makanan padat. Namun para penulis mencatat, WHO juga merekomendasikan untuk terus menyusui bayi hingga usia dua tahun dan seterusnya.
Dalam penelitiannya ini, para peneliti memantau perkembangan bayi saat mereka berusia 6, 12 dan 38 bulan. Pada enam bulan, tim peneliti mengumpulkan data tentang jumlah botol ASI bayi yang diminum sehari sebelumnya dan cairan lainnya, seperti jus.
Catatan saat bayi berusia 12 bulan, para orangtua melaporkan apakah bayinya mengonsumsi salah satu dari 29 makanan tertentu, termasuk buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, daging, susu coklat, kue, madu, minuman ringan atau biskuit manis.
Dua dokter gigi yang terlatih pun kerap memeriksa kesehatan gigi semua bayi setiap kali melakukan kunjungan.