Suara.com - "Kanker bakal menjadi penyebab tertinggi kematian di AS pada tahun 2030". Demikian laporan terbaru dari American Society of Clinical Oncology. Itu artinya kanker akan menggeser serangan jantung, yang menurut data pada 2011 disebut sebagai penyakit paling mematikan di dunia.
Laporan lain yang bertajuk "The State of Cancer Care in America: 2014," juga menyebut kasus kanker akan meningkat hingga 45% pada 2030. Kabar buruk lainnya, tingginya kasus kanker tidak diimbangi dengan suplai klinik kanker. Pertumbuhan kasus kankaer diperkirakan mencapai 42 persen, sementara pertumbuhannya hanya 28 persen. 'Pada 2025 akan terjadi kekurangan ahli onkologi' tulis laporan tersebut seperti dikutip Huffington Post.
Kabar baiknya mereka yang berhasil bertahan dari penyakit ini juga akan bertambah. Temuan lainnya adalah uang yang dibelanjakan untuk mengatasi penyakit kanker juga bakal melonjak tajam. Pada 2020, belanja untuk kanker akan meningkat menjadi 173 miliar dolar. Bandingkan dengan angka pada 2006 yang hanya 104 miliar dolar.
Dana riset untuk penyembuhan juga akan meningkat namun sering tidak stabil. Soal dana ini sebenarnya sangat penting, karena sejumlah ahli onkologi pemotongan dana menjadi halangan utama upaya untuk menyediakan perawatan yang lebih berkualitas.
Ini memang temuan di Amerika. Tapi layak dijadikan sinyal untuk lebih waspada. Karena tidak tertutup kemungkinan hal yang sama juga terjadi di Indonesia, meski dalam skala yang berbeda. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Serikat Pengendalian Kanker Internasional (UICC) memprediksi, akan terjadi peningkatan lonjakan penderita kanker sebesar 300 persen di seluruh dunia pada tahun 2030. Sebanyak 70 persen di antaranya berada di negara berkembang seperti Indonesia.
Sementara data dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, pada tahun 2012 prevalensi kanker mencapai 4,3 setiap 1.000 orang, meningkat dari tahun sebelumnya, dimana setiap 1.000 orang ditemukan satu kasus kanker. Meningkatnya kasus kanker selain dipicu oleh polusi juga disebabkan gaya hidup tak sehat. Jadi tak ada alasan untuk menunda hidup secara sehat bukan?