Anak Korban "Bullying" Rentan Depresi

Selasa, 18 Februari 2014 | 15:29 WIB
Anak Korban "Bullying" Rentan Depresi
Ilustrasi seorang anak perempuan sedang diganggu oleh temannya di sekolah. (sumber: Visualphotos)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa efek bullying bisa bertahan lama, bahkan bertahun-tahun, pada kondisi mental dan fisik korban.

Studi ini menemukan bahwa tindakan bullying menimbulkan dampak buruk pada kesehatan anak-anak. Tak hanya itu, bullying juga berhubungan dengan kesehatan mental dan fisik yang terus menurun, sehingga Anak-anak akan lebih rentan terhadap depresi dan rendah diri.

Seperti dilansir Live Science, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa kemampuan otak anak-anak yang mengalami intimidasi baru-baru ini lebih buruk daripada anak-anak yang menjadi korban bullying di masa lalu. Sementara anak-anak yang sudah lama menjadi korban bullying, misalnya lebih dari satu tahun, menderita efek buruk.

"Efek dari bullying adalah seperti bola salju," kata pemimpin peneliti Laura Bogart dari Rumah Sakit Anak, Boston.

Hasil ini ditemukan setelah para peneliti melakukan survei pada 4.300 siswa sekolah di Los Angeles, Houston, dan Birmingham. Mereka memilah mana siswa yang sering mengalami bullying dan menemukan kesehatan fisik dan mental mereka. Para peneliti menemukan bahwa siswa yang tidak pernah mengalami intimidasi memiliki kesehatan mental yang baik.

Bullying memang memberikan luka yang mendalam terhadap kesehatan mental anak, bahkan jika tindakan tersebut terjadi di masa lalu. Para peneliti mengatakan, korban bullying tidak hanya mengalami masalah dengan kondisi mental, tetapi juga mengalami masalah kondisi fisik seperti sering mengalami sakit perut, patah tulang, luka, atau sakit.

Para peneliti menyarankan orangtua untuk selalu mengawasi anak-anaknya dari perilaku intimidasi. Orangtua harus membentuk ikatan komunikasi yang kuat dengan anak-anaknya, dan jangan mengabaikan beberapa tanda-tanda seperti kecemasan, sedih atau stres ketika berangkat ke sekolah, anak-anak yang tidak mau pergi ke sekolah. (Live Science)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI