Ketika Banjir Merendam Ibukota di Awal Tahun

Minggu, 19 Januari 2020 | 07:00 WIB
Ketika Banjir Merendam Ibukota di Awal Tahun
Pedagang beraktivitas saat banjir merendam Pasar Cipulir, Jakarta Selatan, Rabu (1/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Awal tahun baru umumnya disambut dengan sukacita dan semangat baru. Nuansa liburan, diskon besar-besaran, tempat rekreasi hingga hingar-bingar pesta kembang api selalu mewarnai perayaan awal tahun. Tak jarang pula doa dan harapan dipanjatkan agar tahun yang baru bisa lebih baik dari tahun-tahun yang telah berlalu.

Warga melintasi jalanan yang terendam banjir di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Kamis (2/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Warga melintasi jalanan yang terendam banjir di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Kamis (2/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Namun, hal tersebut sepertinya harus dikesampingkan terlebih dahulu oleh sejumlah warga DKI Jakarta dan sekitarnya. Disaat sebagian orang sibuk mencatat resolusi untuk satu tahun ke depan, atau bahkan masih menghabiskan waktu libur bersama keluarga, warga DKI Jakarta dan sekitarnya harus direpotkan dengan “tamu” tahunan mereka. “Tamu” itu bernama “Banjir.” Banjir, mungkin bagi sebagian warga DKI Jakarta dan sekitarnya merupakan hal yang biasa.

Pengendara menuntun motornya yang mogok melintasi banjir di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Kamis (2/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Pengendara menuntun motornya yang mogok melintasi banjir di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Kamis (2/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Banjir tahun ini dirasa berada di luar dari kebiasaan tersebut. Tingginya curah hujan yang mengguyur area DKI Jakarta dan sekitarnya sejak Selasa (31/12/2019), buruknya sistem drainase atau kemampuan daya resap, semakin berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH) serta tingginya volume sampah yang menyumbat sejumlah aliran sungai membuat beberapa titik langganan banjir mengalami peningkatan volume air dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Seorang warga berada di warungnya yang terendam banjir di Jalan Duri Kepa, Jakarta Barat, Kamis (2/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Seorang warga berada di warungnya yang terendam banjir di Jalan Duri Kepa, Jakarta Barat, Kamis (2/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Salah satu titik yang mengalami peningkatan volume air pada tahun ini diantaranya adalah kawasan Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Di kawasan tersebut ketinggian air mencapai 40 sentimeter hingga satu meter, penyebabnya saluran air yang tersumbat oleh sampah, curah hujan yang tinggi serta jebolnya tanggul di kawasan tersebut.

Seorang warga beraktivitas di rumahnya yang terendam banjir di kawasan Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (1/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Seorang warga beraktivitas di rumahnya yang terendam banjir di kawasan Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (1/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Ada juga di Kebon Pala, Jakarta Timur. Hujan deras yang mengguyur Jakarta sejak malam hingga pagi serta meluapnya aliran Sungai Ciliwung mengakibatkan ratusan rumah di pemukiman padat penduduk Kebon Pala, Jakarta Timur terendam banjir setinggi dada orang dewasa. Akibatnya, sejumlah aktivitas warga menjadi lumpuh total dan warga terpaksa harus megungsi ke tempat yang lebih aman.

Petugas keamanan melakukan penjagaan di SPBU Shell yang terbakar di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Kamis (2/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Petugas keamanan melakukan penjagaan di SPBU Shell yang terbakar di Jalan Daan Mogot, Jakarta Barat, Kamis (2/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Buruknya sistem drainase atau kemampuan daya resap air membuat banjir tidak mudah surut. Seperti di Jakarta Barat, sejumlah titik masih terendam banjir hingga Kamis (2/1) diantaranya kawasan Duri Kepa, Jalan Tanjung Duren Barat dan Jalan Daan Mogot. Ketinggian air yang mencapai 30 sentimeter hingga satu meter tersebut mengakibatkan sejumlah aktivitas warga serta akses jalan di kawasan tersebut menjadi lumpuh.

Pedagang beraktivitas saat banjir merendam Pasar Cipulir, Jakarta Selatan, Rabu (1/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Pedagang beraktivitas saat banjir merendam Pasar Cipulir, Jakarta Selatan, Rabu (1/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Banjir, selain melumpuhkan aktivitas warga dan akses jalan, juga melumpuhkan aktivitas perdagangan. Seperti di Pasar Cipulir, Jakarta Selatan. Banjir yang merendam hingga bagian dalam pasar membuat para pedagang terpaksa mengevakuasi barang dagangannya ke tempat yang lebih aman, akibatnya aktivitas perdagangan di Pasar Cipulir menjadi lumpuh total.

Pedagang beraktivitas saat banjir merendam Pasar Cipulir, Jakarta Selatan, Rabu (1/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Pedagang beraktivitas saat banjir merendam Pasar Cipulir, Jakarta Selatan, Rabu (1/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Bagi sebagian besar warga, banjir memang dianggap sebagai musibah. Namun bagi sebagian lainnya, banjir justru dimanfaatkan untuk mencari rezeki. Dengan menawarkan jasa ojek gerobak untuk membantu para pengguna jalan melewati jalan yang terendam banjir hingga membantu warga mengevakuasi barang-barang miliknya di dalam rumah yang terendam banjir mereka bisa mengantongi ratusan ribu rupiah dalam satu hari.

Warga membersihkan rumahnya dari endapan lumpur di Perumahan Pondok Mitra Lestari, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (3/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Warga membersihkan rumahnya dari endapan lumpur di Perumahan Pondok Mitra Lestari, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (3/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Selain para ojek gerobak yang menganggap banjir adalah suatu berkah, ada pula anak-anak di DKI Jakarta yang kawasan rumahnya terendam banjir. Bagi mereka, banjir merupakan wahana untuk berenang dan bermain air. Alhasil, banjir mereka anggap layaknya sarana gratis untuk bersenang-senang.

Warga membersihkan rumahnya dari endapan lumpur di Perumahan Pondok Mitra Lestari, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (3/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Warga membersihkan rumahnya dari endapan lumpur di Perumahan Pondok Mitra Lestari, Bekasi, Jawa Barat, Jumat (3/1). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Setelah banjir mulai surut pun penderitaan warga terdampak banjir masih belum surut. Mereka masih harus berjibaku membersihkan endapan lumpur sisa banjir di sekitar tempat tinggal hingga di dalam rumah mereka yang mencapai ketebalan 10 sentimeter.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI