Kisah Eko Saiful Pengemudi Ojek Online Bertangan Satu

Oke Atmaja Suara.Com
Jum'at, 29 Maret 2019 | 14:31 WIB
Kisah Eko Saiful Pengemudi Ojek Online Bertangan Satu
Eko Saiful Nur Amin menunggu order Go-Send Same Day di tempat tinggalnya di kawasan Pekayon, Bekasi, Jawa Barat.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Malam itu jalan raya nampak lengang. Eko dalam perjalanan pulang dari rumah pamannya Kebumen menuju tempat tinggalnya di Bekasi bersama roda dua yang dia kemudikan. Belum sampai seperempat perjalanan, Eko menerima kabar ada beberapa temannya sesama anggota komunitas sepeda motor berada beberapa kilometer di depannya. Mereka menuju Jakarta, arah yang sama dengan tujuan Eko.

Nalurinya sebagai pecinta touring muncul, Eko berupaya mengejar mereka agar dapat berkendara beriringan. Kondisi jalanan tengah malam yang sepi membawanya tancap gas. Selang beberapa jam, usahanya membuahkan hasil. Eko berhasil menyusul sebuah sepeda motor yang ditumpangi dua orang kawannya. Namun naas, ketika memasuki wilayah Kebumen, tepatnya daerah Gembong, terjadi hal yang tidak pernah ia bayangkan. Sesuatu yang mengubah hidupnya.

Eko menunggu order di tempat tinggalnya di kawasan Pekayon, Bekasi, Jawa Barat.
Eko menunggu order di tempat tinggalnya di kawasan Pekayon, Bekasi, Jawa Barat.

Saat hendak menyalip mobil di depannya, dari arah berlawanan muncul truk tronton bermuatan 10 ton beton. Ketika berniat kembali ke jalur di kiri, semuanya terlambat. Tangan kanan Eko tersambar truk tersebut. Nyawanya selamat, namun tangan kanan putus di tempat.

Kejadian itu terjadi 1,5 tahun yang lalu, tepatnya September 2017. Pria bernama lengkap Eko Saiful Nur Amin harus lima kali menjalani operasi karena sempat terjadi infeksi. Meski selama operasi ia dibantu oleh pemerintah dan tidak sepeserpun biaya yang dikeluarkan, keluarganya tetap tidak rela dengan kondisi Eko, terutama Ibunya. Sang ibu khawatir dengan masa depan anaknya, dan bagaimana anaknya akan menjalani kehidupannya tanpa 1 tangan.

Sembari menunggu order, Eko menikmati permainan Moba yang lazimnya dimainkan dua tangan.
Sembari menunggu order, Eko menikmati permainan Moba yang lazimnya dimainkan dua tangan.

Tapi kekhawatiran ibunya salah besar. Eko tidak larut dalam kesedihan. Ia tetap ingin melanjutkan hidup seperti orang lain. “Masih ada tangan Kiri,” kata pria kelahiran 12 Maret 1994 tersebut.

Menjadi penyandang disabilitas tidak membuat Eko merasa berbeda dengan orang lain. Ia ingin terus bekerja, tidak mau berdiam diri di rumah, apalagi meminta – minta. Ditambah orang tuanya yang pekerja buruh masih harus membiayai sekolah Afif, adik Eko yang masih duduk di bangku SMA.

“Tuhan tidak pernah memberikan cobaan yang melebihi kemampuan seseorang”, rasanya kutipan ini tidak berlebihan jika melihat semangat yang dimiliki Eko. Pria yang pernah bekerja sebagai buruh pabrik hingga penjaga toko tersebut memutuskan untuk melamar di jasa pengiriman barang melalui aplikasi online. Katanya supaya ia tetap bisa menyalurkan hobinya berkendara roda dua.

Ketika order masuk, Eko segera bergegas untuk melakukan pick up barang.
Ketika order masuk, Eko segera bergegas untuk melakukan pick up barang.

Sekilas memang terdengar aneh, seseorang tanpa tangan kanan ingin tetap berkendara sepeda motor. Tapi Eko membuktikan bahwa itu bukan hal mustahil. Terinspirasi dari seorang teman sesama pegiat klub motor, Eko memodifikasi sepeda motor miliknya sedemikian rupa. Tuas gas dipindah ke kiri dan komstir ia perkencang demi kestabilan kendali saat motornya harus melewati jalan berlubang. Dan jadilah ia pengendara sepeda motor dengan satu tangan.

Meski sempat ditolak beberapa perusahaan aplikasi karena kondisinya, akhirnya Eko diterima bekerja di PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau yang lebih dikenal dengan Go-Jek sebagai mitra driver yang melayani jasa kurir Go-Send Same Day Delivery.

Biasanya ia berusaha sesegera mungkin menyelesaikan order, supaya tidak kehabisan waktu dan bisa mendapat order ke-2 di hari yang sama.
Biasanya ia berusaha sesegera mungkin menyelesaikan order, supaya tidak kehabisan waktu dan bisa mendapat order ke-2 di hari yang sama.

Dalam sehari penghasilan yang ia terima berkisar 100 ribu hingga 150 ribu rupiah, tergantung jumlah orderan yang masuk ke ponselnya. “Kalau di Go-Send Some Day gini memang orderan ngga seramai Go-Ride, biasanya siang baru dapat orderan. Tapi kadang ada orderan masuk pagi. Kalau dapet pagi, saya bisa ngejar dua orderan sehari. Lumayan Bonusnya,” jelas Eko.

Seringkali Eko menggunakan kepala atau mulutnya untuk membantu untuk menahan atau menyangga sesuatu.
Seringkali Eko menggunakan kepala atau mulutnya untuk membantu untuk menahan atau menyangga sesuatu.

Menurutnya, untuk satu order yang masuk melalui aplikasi biasanya berisi hingga 5 barang. Itu artinya dalam satu pengerjaan order yang masuk, Eko harus menjemput barang dari 5 titik pengirim dan mengantarkannya ke 5 titik penerima, mencakup wilayah Jabodetabek. Barangnya pun bervariasi. Mulai dari makanan, pakaian dan barang lainnya yang ukurannya berbeda-beda.

Melintasi kepadatan antrian kendaraan sudah menjadi makanannya sehari - hari.
Melintasi kepadatan antrian kendaraan sudah menjadi makanannya sehari - hari.
Eko beristirahat sejenak saat merasa lelah.
Eko beristirahat sejenak saat merasa lelah.
Sejumlah penghargaan ia terima berkat semangat dan kerja kerasnya.
Sejumlah penghargaan ia terima berkat semangat dan kerja kerasnya.

Menurut pengakuan Eko, total perjalanan yang ia tempuh untuk satu kali orderan masuk hingga selesai seluruh pengantaran rata – rata 50 KM. Eko berkendara dua kali lebih banyak jika sehari ia menyelesaikan dua order, ditambah perjalanan pulang dari titik pengiriman terakhir menuju tempat tinggalnya. Dan sekali lagi, dengan satu tangan. [Suara.com/Arief Hermawan P]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI