Suara.com - Malam itu jalan raya nampak lengang. Eko dalam perjalanan pulang dari rumah pamannya Kebumen menuju tempat tinggalnya di Bekasi bersama roda dua yang dia kemudikan. Belum sampai seperempat perjalanan, Eko menerima kabar ada beberapa temannya sesama anggota komunitas sepeda motor berada beberapa kilometer di depannya. Mereka menuju Jakarta, arah yang sama dengan tujuan Eko.
Nalurinya sebagai pecinta touring muncul, Eko berupaya mengejar mereka agar dapat berkendara beriringan. Kondisi jalanan tengah malam yang sepi membawanya tancap gas. Selang beberapa jam, usahanya membuahkan hasil. Eko berhasil menyusul sebuah sepeda motor yang ditumpangi dua orang kawannya. Namun naas, ketika memasuki wilayah Kebumen, tepatnya daerah Gembong, terjadi hal yang tidak pernah ia bayangkan. Sesuatu yang mengubah hidupnya.
Saat hendak menyalip mobil di depannya, dari arah berlawanan muncul truk tronton bermuatan 10 ton beton. Ketika berniat kembali ke jalur di kiri, semuanya terlambat. Tangan kanan Eko tersambar truk tersebut. Nyawanya selamat, namun tangan kanan putus di tempat.
Kejadian itu terjadi 1,5 tahun yang lalu, tepatnya September 2017. Pria bernama lengkap Eko Saiful Nur Amin harus lima kali menjalani operasi karena sempat terjadi infeksi. Meski selama operasi ia dibantu oleh pemerintah dan tidak sepeserpun biaya yang dikeluarkan, keluarganya tetap tidak rela dengan kondisi Eko, terutama Ibunya. Sang ibu khawatir dengan masa depan anaknya, dan bagaimana anaknya akan menjalani kehidupannya tanpa 1 tangan.
Tapi kekhawatiran ibunya salah besar. Eko tidak larut dalam kesedihan. Ia tetap ingin melanjutkan hidup seperti orang lain. “Masih ada tangan Kiri,” kata pria kelahiran 12 Maret 1994 tersebut.
Menjadi penyandang disabilitas tidak membuat Eko merasa berbeda dengan orang lain. Ia ingin terus bekerja, tidak mau berdiam diri di rumah, apalagi meminta – minta. Ditambah orang tuanya yang pekerja buruh masih harus membiayai sekolah Afif, adik Eko yang masih duduk di bangku SMA.
“Tuhan tidak pernah memberikan cobaan yang melebihi kemampuan seseorang”, rasanya kutipan ini tidak berlebihan jika melihat semangat yang dimiliki Eko. Pria yang pernah bekerja sebagai buruh pabrik hingga penjaga toko tersebut memutuskan untuk melamar di jasa pengiriman barang melalui aplikasi online. Katanya supaya ia tetap bisa menyalurkan hobinya berkendara roda dua.
Sekilas memang terdengar aneh, seseorang tanpa tangan kanan ingin tetap berkendara sepeda motor. Tapi Eko membuktikan bahwa itu bukan hal mustahil. Terinspirasi dari seorang teman sesama pegiat klub motor, Eko memodifikasi sepeda motor miliknya sedemikian rupa. Tuas gas dipindah ke kiri dan komstir ia perkencang demi kestabilan kendali saat motornya harus melewati jalan berlubang. Dan jadilah ia pengendara sepeda motor dengan satu tangan.
Meski sempat ditolak beberapa perusahaan aplikasi karena kondisinya, akhirnya Eko diterima bekerja di PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau yang lebih dikenal dengan Go-Jek sebagai mitra driver yang melayani jasa kurir Go-Send Same Day Delivery.
Dalam sehari penghasilan yang ia terima berkisar 100 ribu hingga 150 ribu rupiah, tergantung jumlah orderan yang masuk ke ponselnya. “Kalau di Go-Send Some Day gini memang orderan ngga seramai Go-Ride, biasanya siang baru dapat orderan. Tapi kadang ada orderan masuk pagi. Kalau dapet pagi, saya bisa ngejar dua orderan sehari. Lumayan Bonusnya,” jelas Eko.