"Enggak bisa pasif lagi sih. Saya merasa harus bersuara," imbuh bintang film Air Mata di Ujung Sajadah ini.
Fedi Nuril menyebut keputusan melibatkan Prabowo Subianto ke pemerintahan sebagai pilihan nirempati, khususnya bagi mereka yang jadi korban penculikan tragedi 1998.
Sampai sekarang, masih ramai diperbincangkan perihal dugaan keterlibatan Prabowo Subianto terhadap penculikan aktivis-aktivis di masa itu.
"Buat saya, itu adalah sebuah keputusan yang tidak ada empati kepada keluarga korban penculikan yang sampai sekarang belum pulang. Dari situ kepercayaan mulai menurun," ucap Fedi Nuril.
![Fedi Nuril senggol Hasan Nasbi terkait RUU TNI. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/22/22879-fedi-nuril.jpg)
Hal itu diperparah dengan rentetan kebijakan berikutnya dari Presiden Joko Widodo, yang Fedi Nuril anggap sarat kepentingan dan tidak berpihak ke rakyat lagi.
"Balik lagi ya, pelemahan KPK, UU Cipta Kerja, putusan MK yang akhirnya bisa membuat Gibran menjadi wapres, dan sampai akhirnya manuver pak Jokowi yang memilih untuk mendukung Pak Prabowo di Pilpres 2024 kemarin," tutur Fedi Nuril.
Sejak saat itu, Fedi Nuril memilih jadi oposisi yang gencar menyuarakan kritik ke pemerintah.
"Saya enggak mau pak Prabowo menang. Jadi dari situ, saya mulai bersuara," kata Fedi Nuril.
Fedi Nuril memang jadi salah satu artis yang cukup vokal menyuarakan keresahannya tentang politik sejak gelaran Pemilu 2024.
Baca Juga: Fedi Nuril Sudah Perjuangkan Royalti Film Sejak 2008
Lewat beberapa tulisan di platform Twitter atau X, Fedi Nuril menyerukan keyakinannya tentang campur tangan Joko Widodo di balik kemenangan Prabowo-Gibran.