"PFN ini perusahaan milik negara, harus menghidupi dirinya sendiri dari profit. Kita tidak dibiayai oleh APBN. Kita kan Badan Usaha, bukan Lembaga," kata Ifan.
Menariknya, usaha PFN sama sekali tidak berkaitan dengan film seperti nama perusahaannya, mengingat mereka hanya punya satu kamera.
Untuk menghidupi perusahaan, PFN menyewakan lahan kosong untuk parkir hingga lomba kicau burung.
"Kita kan punya tanah, disewain buat lomba kicau burung. Di belakang ada lahan kosong. Lahan parkir juga disewain buat mobil-mobil yang ada di toko-toko sebelah," ungkap Ifan.
Selain itu, Intellectual Property (IP) dari film Si Unyil buatan PFN juga disewakan sehingga saat ini tayang di salah satu televisi swasta.

Setelah menyelesaikan permasalahan PFN, ke depannya Ifan Seventeen berencana menggarap sebuah film animasi.
Terkait dana membuat film animasi yang tentu tidak kecil, Ifan Seventeen agaknya 'hanya' perlu menyelesaikan masalah lahan yang masih dikuasai oknum.
"Salah satu yang gua lakukan adalah, PFN punya tanah di Tendean yang sampai sekarang diduduki sama seorang oknum. Oknum tersebut menerima Rp1 miliar per bulan untuk penyewaan lahan tersebut," tutur Ifan Seventeen.
"(Padahal) PFN untuk membayar gaji (saja) berutang," tandasnya.
Baca Juga: Ifan Seventeen Bertemu Garin Nugroho, Bahas Amanah Direktur Utama PFN di Tahun Kecemasan
Kontributor : Neressa Prahastiwi