Suara.com - Titiek Puspa bukan hanya seorang legenda, namun pahlawan yang bercerita.
Ada satu cerita mengenai Titiek Puspa yang sayangnya belum diberi cukup sorotan.
Melalui penelusuran pada Kamis (10/4/2025), Suara.com menamai kisah ini dengan 'Titiek Puspa, Irian Barat, dan Suatu Hari'.
Sebuah kisah yang mengulik perjuangan dan kontribusi Titiek Puspa yang dampaknya bisa dirasakan hingga hari ini.
Sebuah kisah di mana Titiek Puspa terlibat dalam perebutan wilayah Irian Barat oleh Indonesia dan Belanda.
![Jenazah Penyanyi Titiek Puspa saat disemayamkan di rumah duka di Pancoran, Jakarta, Kamis (10/4/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/10/67793-titiek-puspa-rumah-duka-titiek-puspa.jpg)
Suara.com membagi kisah ini menjadi tiga bagian, yaitu teror yang diterima usai kedatangan di Irian Barat, permintaan spesial dari masyarakat Irian Barat, dan lagu yang bercerita mengenai Irian Barat.
1. Teror Setiba di Irian Barat
Menjadi salah satu penyanyi yang diakui, Titiek Puspa mendapatkan sebuah kesempatan yang langka.
Legenda yang mempopulerkan lagu Kupu-Kupu Malam ini sempat bersua ke Irian Barat.
Baca Juga: Seto Mulyadi Kawal Jenazah Titiek Puspa Masuk Ambulans: Nggak Bisa Antar ke Makam
Tentunya, Irian Barat yang dimaksudkan berbeda dari Papua Barat saat ini, baik dari peristiwa maupun suasana.
Kedatangan Titiek Puspa ke Irian Barat terjadi ketika wilayah tersebut diperebutkan oleh Indonesia dan Belanda.
Ketegangan jelas terjadi di sana, begitu pula usai rombongan Titiek Pusta dikirim secara khusus.
Titiek Puspa mendapatkan undangan untuk bernyanyi dan bertemu langsung dengan masyarakat Irian Barat kala itu bersama Bing Slamet hingga Sam Saimun.
"Jadi dulu itu masih ada Bing Slamet, Sam Saimun, satu lagi penyanyi perempuan (saya lupa namanya). Kalau gak salah, ada 4 sampai 5 penyanyi, musiknya dari RRI (Radio Republik Indonesia)," tutur Titiek Puspa ketika menjadi bintang tamu dalam kanal YouTube Alvin in Love.
Peristiwa tersebut terjadi pada 1963, sebelum Irian Barat kembali ke Indonesia per 1 Mei 1963.
Sebab belum menjadi bagian dari Indonesia, Titiek Puspa dan kawan-kawan (yang adalah orang Indonesia) harus menghadapi sensitivitas lokal yang tinggi.
![Titiek Puspa meninggal dunia. [Dok. Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/10/99508-titiek-puspa.jpg)
Ada anggapan bahwa orang Indonesia memiliki kebiasaan 'makan orang' di benak masyarakat Irian Barat.
Anggapan tersebut berujung pada ancaman pembunuhan yang diterima oleh Titiek Puspa.
"Menakutkan (Irian Barat). Begitu aku datang, aku udah diserang karena Belanda bilang, 'jangan mau jadi orang Indonesia, orang Indonesia makan orang'. Jadi aku mau dibunuh," cerita Titiek Puspa.
Pada kesempatan lain, Titiek Puspa bercerita bahwa upaya ancaman pembunuhan tersebut terjadi ketika dirinya manggung.
Titiek Puspa dan kawan-kawan menelan pil pahit dengan manggung di atas granat yang ditutupi oleh stage.
2. Tangisan Masyarakat Irian Barat
Pil pahit dan teror menakutkan tidak ditampik diterima oleh Titiek Puspa selama berkunjung ke Irian Barat.
Melalui cerita yang masih hangat dalam ingatan, peristiwa tersebut memang tidak terlupakan.
Hingga suara merdu dan alunan musik yang dibawakan rombongan Titiek Puspa mengubah segalanya.
Ketika menyanyi, mulanya Titiek Puspa diawasi oleh para tentara.

Namun, pengawasan tersebut berubah menjadi tangisan yang terdengar dari masyarakat Irian Barat yang menyaksikan secara langsung.
Mereka menginginkan Titiek Puspa untuk tinggal di sana, alih-alih kembali ke Indonesia, negara yang dipandang buruk dan menakutkan bagi masyarakat Irian Barat.
"Nyanyi juga ditungguin tentara. Begitu selesai nyanyi, itu bapak-bapak dan ibu-ibu yang ada di Irian, (berkata sembari menangis), 'jangan balik, jangan balik. Tinggal di sini, jangan tinggalin kami'. Itu (mereka) nangis sampai saya merinding. Saya sampai ikut menangis. Itu orang-orang tua (usianya)," ujar Titiek Puspa dalam kesaksiannya.
Tangisan tersebut masih terngiang, namun Titiek Puspa ditakdirkan untuk pulang.
3. Pantang Mundur oleh Titiek Puspa
Kepulangan Titiek Puspa ke Indonesia diiringi dengan kisah yang berakhir menjadi sebuah lagu.
Lagu tersebut dikenal dengan judul Pantang Mundur.
Melalui penjelasannya, lagu tersebut dibuat dari tangkapan mata Titiek Puspa menyaksikan seorang perempuan hamil yang mengantar kepergian suaminya.
Berikut lirik lagu Pantang Mundur oleh Titiek Puspa yang dirilis pada 1964, satu tahun usai Irian Barat kembali ke Indonesia.

Kulepas dikau pahlawan
Kurelakan dikau berjuang
Demi keagungan negara
Kanda pergi ke medan jaya
Bila kanda teringat
Ingatlah adik seorang
Jadikan daku semangat
Terus maju pantang mundur
Air mataku berlinang
Karena bahagia
Putra pertama lahir sudah
Kupintakan nama padamu pahlawan
Sembah sujud ananda
Dirgahayulah kakanda
Jayalah dikau pahlawan
Terus maju pantang mundur
Titiek Puspa kini berpulang, berpulang untuk selamanya.
Namun pahlawan yang bercerita ini meninggalkan lagu Pantang Mundur untuk kita semua.
Lagu yang selain menguak kisah di balik peliknya perebutan Irian Barat, sekaligus pesan untuk pantang menyerah di tengah keputusasaan dan kehilangan.