Suara.com - Dunia hiburan Tanah Air berduka, penyanyi legendaris Titiek Puspa meninggal dunia pada Kamis (10/4/2025) sekitar pukul 16.25 WIB.
Titiek Puspa menghembuskan nafas terakhir saat dalam perawatan di Rumah Sakit Medistra Jakarta Selatan. Pelantun Kupu-kupu Malam tersebut wafat pada usia 87 tahun.
Seiring dengan kabar duka tersebut, agama Titiek Puspa pun menuai sorotan.

Hal itu lantaran wajah cantik Titiek Puspa yang terbalut kulit putih membuatnya kerap disangka sebagai keturunan Tionghoa dan menganut agama Kristen.
Agama Titiek Puspa dulu dan sekarang mengundang penasaran publik. Jadi apa keyakinan yang dianut Titiek Puspa?
Jelas saja agama Titiek Puspa adalah Islam. Ia menganut agama Islam sejak dahulu hingga sekarang.
Apalagi, Titiek Puspa juga dikenal dengan panggilan Hj Sudarwati, nama pertama yang diberikan orangtuanya.
Mengutip dari berbagai sumber, Titiek Puspa menunaikan ibadah haji ke Mekah pada tahun 1990. Dengan begitu, tidak ada lagi perdebatan tentang agama Titiek Puspa.
Diketahui, masyarakat merasa kehilangan dengan meninggal dunianya Titiek Puspa. Terbukti sejumlah orang menyampaikan duka mendalam dengan mendiang.
Baca Juga: Suami Titiek Puspa Berapa Orang? Musisi Senior Indonesia yang Wafat Usia 87 Tahun!
Titiek Puspa sebelumnya sempat dilarikan ke rumah sakit karena mengalami pendarahan otak pada 26 Maret lalu. Setelah mendapat penanganan medis, dia dikabarkan terus membaik.
Manager Titiek Puspa, Mia ketika itu menyampaikan bahwa penyanyi senior tersebut masih dalam berada di ruang Intensive Care Unit (ICU) rumah sakit.
"Masih di ruang ICU, kondisinya alhamdulillah sudah ada respon baik," kata Mia kepada Antara, Jumat (28/3/2025).
Penyanyi legendaris Titiek Puspa terlahir dengan nama Sudarwati di Tanjung, Tabalong pada 1 November 1937.
Wanita berdarah Jawa ini merupakan putri dari pasangan Tugeno Puspowidjojo dan Siti Mariam. Keluarganya kemudian mengganti namanya menjadi Kadarwati dan akhirnya menjadi Sumarti.
Melansir Wikipedia, Titiek Puspa kecil bercita-cita ingin menjadi guru taman kanak-kanak. Namun, setelah memenangkan beberapa kompetisi menyanyi memutuskan untuk menjadi seorang penghibur.
Titiek yang ketika berusia 14 tahun ditentang orangtuanya. Dalam suatu kesempatan, Sumarti terpaksa mengikuti lomba tanpa sepengetahuan orang tuanya.
Agar tidak ketahuan, seorang teman menyarankan untuk menggunakan nama samaran "Titiek Puspo" diambil dari Titiek yang merupakan nama panggilannya sehari-hari dan 'Puspo' nama bapaknya.
Sumarti setuju dan menerjemahkan Puspo menjadi Puspa. Sejak itulah ia dikenal sebagai Titiek Puspa.
Nama ini pula yang diambil untuk nama orkes pengiringnya "PUSPA SARI" yang dipimpinnya sendiri dan mengiringinya menyanyi di awal kariernya.
Awal karier bernyanyinya dimulai di Semarang, saat itu ia mengikuti kontes menyanyi Bintang Radio. Tidak hanya sampai di bidang menyanyi saja, Titiek juga menunjukan totalitasnya dalam menggarap beberapa operet bersama grup Papiko yang sempat sangat disukai pemirsa TVRI, seperti operet Bawang Merah Bawang Putih, Ketupat Lebaran, Kartini Manusiawi, dan Ronce-ronce.
Rekaman piringan hitamnya yang pertama dengan label GEMBIRA, berisi lagu Di Sudut Bibirmu, Esok Malam Kau Kujelang, dan duet bersama Tuty Daulay dalam lagu Indada Siririton, iringan musik Empat Sekawan Sariman.
Pada pertengahan 1960, Titiek Puspa sempat menjadi penyanyi tetap pada Orkes Studio Jakarta.
Saat itu Titiek Puspa banyak mendapat bimbingan dari Iskandar (pencipta lagu dan pemimpin orkes) dan Zainal Ardi (suaminya sendiri seorang penyiar Radio Republik Indonesia Jakarta).
Sebagai penyanyi yang mulai menanjak popularitasnya, Titiek belum menciptakan banyak lagu dalam albumnya, lagu-lagunya banyak diciptakan misalnya oleh Iskandar, Mus Mualim, ada juga Wedasmara.
Barulah pada album "Si Hitam" dan "Pita" (1963) yang berisi 12 lagu tiap albumnya semuanya adalah ciptaannya sendiri dan menjadi populer saat itu, selain itu juga album "Doa Ibu" berisi 12 lagu, 11 lagu adalah ciptaannya dengan 1 lagu ciptaan Mus Mualim.
Dari album "Si Hitam", lagu yang semakin memopulerkan namanya adalah Si Hitam, Tinggalkan, Aku dan Asmara. Bisa juga dikatakan bahwa bersama album "Si Hitam", album "Doa Ibu" adalah album yang legendaris karena berisi lagu-lagu seperti "Minah Gadis Dusun", "Pantang Mundur", yang semakin menancapkan Titiek Puspa sebagai penyanyi dan pencipta lagu Indonesia yang baik.
Titiek meninggalkan Orkes Studio Jakarta pada 1962. Nama panggungnya dipilih oleh Presiden Soekarno sekitar tahun 1950-an.