Suara.com - Ada kejutan menarik yang terungkap dari balik layar film animasi "Jumbo," yang saat ini tengah mencuri perhatian penonton bioskop Tanah Air.
Ryan Adriandhy, sutradara dan kreator film tersebut, mengungkapkan fakta mengejutkan saat hadir di podcast Raditya Dika.
Dalam obrolan santai tersebut, Ryan menyebut bahwa salah satu lokasi penting dalam film "Jumbo" adalah sebuah pabrik gula yang sudah lama terbengkalai.
"Tanpa gue tahu akan ada film 'Pabrik Gula,' ada setting di film 'Jumbo,' environment dia itu pabrik gula. Tapi dialog yang mengeksposisikan itu pabrik gula gue take out," ujar Ryan, dikutip pada Rabu (9/4/2025).
Dia menjelaskan bahwa lokasi tersebut dijadikan markas oleh Don alias Jumbo dan teman-temannya.
"Mereka jadiin markas gitu lah. Mereka jadiin tempat main. Ada yang kerja di situ. Tapi ada plangnya, pabrik gula gitu," tambahnya.
Fakta menarik yang diungkap oleh Ryan Adriandhy langsung mendapat respons jenaka dari Raditya Dika.
"Bisa pas karena tayang Lebaran, mereka juga tayang," celetuk Radit.
Ryan pun mengiyakan sambil tertawa, menyebut bahwa dirinya sempat bercanda dengan teman-temannya, menyadari betapa kebetulan ini sangat unik.
Baca Juga: 4 Kontroversi di Balik Kesuksesan Box Office Film Pabrik Gula
"Eh kita padahal ada pabrik gula juga di film 'Jumbo,'" kenangnya.
Kebetulan ini memang cukup menarik. Pasalnya, dua film yang dirilis bersamaan saat libur Lebaran 2025 ini sama-sama memiliki latar yang berkaitan dengan pabrik gula.
Bedanya, dalam "Jumbo," pabrik gula digambarkan sebagai markas tempat bermain yang imajinatif.
Di sisi lain, "Pabrik Gula" menggunakan lokasi tersebut sebagai sumber ketegangan dan horor yang menghantui para tokohnya.
Fakta menarik ini juga ternyata disadari oleh para netizen. Banyak yang mengomentari kesamaan visual antara markas Jumbo dan pabrik gula sungguhan.

"Persis banget cocok, ketika gue lihat markasnya Jumbo dkk kok mirip pabrik gula karena kebetulan sebelum nonton Jumbo udah nonton film Pabrik Gula," tulis seorang pengguna media sosial.
Komentar lainnya juga menyoroti elemen arsitektural yang khas.
"Soalnya di markasnya ada rel-rel kereta yang biasanya ada di setiap pabrik gula," ungkap seorang netizen.
"Nah iya ya. Ada rel yang buat bawa tebu juga tuh. Bukan rel buat jalur kereta api," tambah netizen lain.
Dari segi jumlah penonton, keduanya juga sama-sama mencetak prestasi luar biasa.
Sejak dirilis pada 31 Maret 2025, "Jumbo" berhasil menarik 1,6 juta penonton, sementara "Pabrik Gula" bahkan menembus angka 2,8 juta, menjadikannya dua film Lebaran terlaris tahun ini.
Film "Jumbo" sendiri mengisahkan tentang Don, seorang anak bertubuh besar yang kerap menjadi korban perundungan.
Dengan dukungan Oma dan dua sahabatnya, Nurman dan Mae, Don berusaha mewujudkan mimpinya membuat pertunjukan dongeng dari buku peninggalan orang tuanya.
Petualangan Don makin seru saat dia bertemu Meri, gadis misterius dari dunia lain.
Bersama, mereka menelusuri dunia imajinasi yang penuh tantangan, menyampaikan pesan tentang keberanian, persahabatan, dan pentingnya percaya pada diri sendiri.
Sementara itu, "Pabrik Gula" menampilkan kisah gelap dan menegangkan yang berlatar di pabrik gula tua Jawa Timur pada 2003.
Film ini menyoroti para buruh musiman yang mengalami kejadian mistis dan mengerikan akibat rahasia kelam yang tersimpan di balik bangunan tua tersebut.
Dengan dua versi penayangan, yakni Jam Kuning (17+) dan Jam Merah (21+), film ini menyuguhkan pengalaman horor yang berbeda tergantung preferensi penonton.
Menariknya, "Pabrik Gula" melakoni syuting langsung di lokasi pabrik gula tua seperti Gondang Winangoen di Klaten dan sebuah pabrik tua di Cirebon.
Kebetulan antara dua film tersebut pun akhirnya menjadi pembicaraan tersendiri, menambah nilai unik dari pengalaman menonton film Lebaran tahun ini.
Kontributor : Chusnul Chotimah