Suara.com - Ketika yang diteriakkan melalui kata tidak didengar, mungkin kita perlu rehat sebentar.
Rehat tidak berarti berhenti memperjuangkan hak-hak yang diintimidasi, maupun yang tidak pernah dipenuhi.
Melainkan menunjukkan bahwa sebagai rakyat, kita memiliki kehidupan yang dijalani di tengah negara yang tidak mengasihi.
Rehat Seperti Apa yang Kita Perlukan?
Pertanyaannya adalah rehat seperti apa yang kita perlukan.
![Ilustrasi dangdutan. [Istimewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/09/12/84065-ilustrasi-dangdutan-istimewa.jpg)
Bagi Suara.com, itu adalah musik.
Musik merupakan bahasa yang universal, dan siapa pun, di mana pun, kapan pun bisa menikmatinya.
Bahkan seorang ahli filsafat asal Jerman, Schopenhauer meletakkan musik di tingkat yang paling tinggi dari bahasa-bahasa universal yang ada.
Bahasa universal yang sering dikenal adalah seni, yang di dalamnya terkandung musik. Schopenhauer juga memandang musik sebagai sarana bagi kita, manusia untuk keluar dari ‘tirani’.
Baca Juga: PlayStation: The Concert, Konser Musik Game Ikonik Epik!
Tentu saja, kita tidak berharap tirani yang dimaksudkan oleh Schopenhauer menjelma dalam tubuh Indonesia.