Versi kuning disajikan lebih ringan dan cocok untuk mereka yang ingin merasakan ketegangan namun tidak terlalu ekstrem.
Sementara, versi Jam Merah akan tayang mulai pukul 20.00 hingga tengah malam. Ratingnya 21+ karena menyajikan versi uncut yang lebih menyeramkan dan tentu lebih menegangkan.
Sang sutradara, Awi Suryadi ingin memberikan variasi pengalaman bagi penonton. Awi mengungkap bahwa pemilihan waktu tayang dan perbedaan versi tersebut sengaja dibuat untuk memberikan kesan yang berbeda.
3. Mengangkat Tradisi dan Budaya Masyarakat Setempat

Cerita dalam film Pabrik Gula ini tak hanya menyoroti kisah horor, namun juga menggambarkan tradisi dan budaya yang berkaitan dengan masyarakat lokal yang tinggal di sekitar pabrik gula.
Adapun salah satu tradisi yang disinggung dalam film adalah manten tebu, sebuah ritual yang wajib diadakan oleh masyarakat sekitar pabrik gula, khususnya di Jawa Timur, setiap kali musim penggilingan tebu dimulai.
Ritual ini dipercaya dapat mendatangkan keberuntungan dan menghindarkan para pekerja dari musibah.
4. Borong Penonton Terbanyak Selama Lebaran

Sejak dirilis di layar lebar, film Pabrik Gula langsung melesat ke posisi puncak box office dan mengungguli sederet judul lainnya yang juga tayang pada musim liburan kali ini.
Baca Juga: Ulang Tahun ke-60, Ini 7 Film Terbaik yang Diperankan Robert Downey Jr.
Diketahui, per Sabtu, 5 Maret 2025, Pabrik Gula sudah berhasil menyedot hampir dua juta penonton di bioskop seluruh Indonesia.