Suara.com - Momen Lebaran 2025 menjadi ajang bagi sejumlah film Indonesia untuk bersaing di bioskop.
Lima film dirilis pada 31 Maret 2025, masing-masing dengan keunikan dan daya tariknya sendiri.
Namun, di antara kelima film tersebut, "Norma: Antara Mertua dan Menantu" ternyata menjadi film yang paling tidak diminati oleh pemirsa.
Terbukti, jatah layar film yang diangkat dari kisah nyata ini semakin berkurang di hari ketiga penayangannya.
Berdasarkan data yang dibagikan oleh akun resmi Cinepoint di X, film ini mencatat jatah layar yang jauh lebih rendah dibandingkan pesaingnya.
"Pabrik Gula" mendominasi dengan jumlah layar terbanyak, mencapai 3.225 layar, meningkat signifikan sebesar 19,53 persen.
Disusul oleh "Qodrat 2," yang meskipun mengalami sedikit penurunan sebesar 2,48 persen, tetap memperoleh 1.806 layar.
Kemudian ada film animasi "Jumbo," yang mendapatkan 1.706 layar meskipun mengalami penurunan tipis sebesar 1,56 persen.
Sementara itu, "Komang" memperoleh jatah layar sebanyak 1.561, meskipun mencatatkan penurunan lebih besar yakni 11,91 persen.
Baca Juga: 4 Film yang Dibintangi Ray Sahetapy, Aktor yang Meninggal di Usia 68 Tahun
Di sisi lain, "Norma: Antara Mertua dan Menantu" hanya mendapat 933 layar, mengalami penurunan signifikan sebesar 19,50 persen.
Ini menunjukkan bahwa kisah perselingkuhan antara mertua dan menantu tersebut kalah bersaing dengan film-film lain.
Timing Perilisan yang Kurang Pas?
"Norma: Antara Mertua dan Menantu" diangkat dari kisah nyata yang sempat viral pada 2022.
Film ini mengisahkan tentang perselingkuhan antara suami sang tokoh utama, Norma, dengan ibu kandungnya sendiri.
Tema yang diangkat memang kontroversial, tetapi tampaknya tidak cukup untuk membuat film ini sukses secara komersial.
Film ini diproduksi oleh Dee Company dan dibintangi oleh Wulan Guritno, Tissa Biani, dan Yusuf Mahardika.
Namun, meskipun memiliki jajaran pemain ternama dan mengangkat tema yang sempat heboh, film ini tetap kurang diminati penonton.
Salah satu alasan utama yang mungkin menjadi penyebab kegagalan film ini adalah ketidaksesuaian tema dengan momen Lebaran.
Lebaran adalah momen kebersamaan keluarga, di mana banyak orang mencari tontonan yang lebih ringan dan sesuai untuk dinikmati bersama.
Tema perselingkuhan dalam Norma dinilai tidak relevan dan bahkan bisa dianggap tidak pantas untuk ditonton saat berkumpul bersama keluarga.
Persaingan Ketat dengan Film Lain
Persaingan yang ketat dengan film-film lain yang memiliki daya tarik besar juga menjadi faktor penting.
"Pabrik Gula," misalnya, merupakan film horor yang diadaptasi dari thread viral oleh Simpleman, mengingatkan penonton pada kesuksesan besar "KKN di Desa Penari."
Genre horor sendiri sudah dikenal sebagai favorit di Indonesia, jadi tidak begitu mengejutkan jika film garapan Awi Suryadi ini paling laku.

Sementara itu, "Qodrat 2" sebagai sekuel dari film yang cukup sukses membawa unsur laga dan religi yang menarik bagi penonton.
"Komang" menghadirkan kisah asmara yang terinspirasi dari lagu populer, sedangkan "Jumbo" hadir sebagai pilihan ramah anak yang bisa dinikmati seluruh keluarga.
Selain persaingan yang kuat, kemungkinan lain adalah kejenuhan penonton terhadap film dengan tema perselingkuhan yang diangkat dari kisah nyata.
Beberapa tahun terakhir, film dan series bertema serupa sudah cukup banyak bermunculan.
Mungkin masyarakat kita sudah merasa bosan dan menginginkan sesuatu yang lebih segar.
Reaksi Netizen
Sejumlah netizen turut mengomentari kegagalan "Norma: Antara Mertua dan Menantu" di pasaran.
Beberapa komentar yang beredar di media sosial mengungkapkan kekecewaan dan ketidakcocokan film ini dengan suasana Lebaran.
Beberapa di antaranya menyebut bahwa film ini kurang pantas ditayangkan di momen kebersamaan keluarga.
Ada pula yang menyoroti kegagalannya dalam meniru kesuksesan film bertema serupa seperti "Ipar Adalah Maut."
Dengan berbagai faktor tersebut, "Norma: Antara Mertua dan Menantu" tampaknya gagal bersaing dalam momen Lebaran 2025.
Meski sempat menarik perhatian karena tema kontroversialnya, film ini tidak mampu mengalahkan daya tarik pesaingnya yang lebih relevan dengan momen Lebaran.
Penonton mungkin sudah jenuh dengan tema perselingkuhan, atau memang lebih tertarik pada film yang bisa ditonton bersama keluarga tanpa rasa canggung.
Kontributor : Chusnul Chotimah