Suara.com - Industri seni peran Tanah Air tengah berduka. Aktor kawakan Ray Sahetapy dinyatakan meninggal dunia pada Selasa (1/4/2025) malam kemarin.
"Almarhum meninggal dunia jam 21.04 WIB di RSPAD," tulis putra Ray Sahetapy, Surya Sahetapy di akun X pribadinya kemarin.
Kabar berpulangnya Ray Sahetapy diiringi pesan manis dari Surya Sahetapy, dengan menyebut sang ayah telah memberikan kesan manis bagi keluarga mereka semasa hidup.
"We always cherish the memories of our time with you," ungkap Surya Sahetapy, dalam sebuah unggahan di akun Instagram-nya.
Mewakili keluarga, Surya Sahetapy tak lupa memintakan maaf bagi Ray Sahetapy kalau semasa hidup pernah menyakiti orang lain lewat kata atau perbuatannya.
"Mohon maafkan beliau," ajak Surya Sahetapy.
Yang tak kalah penting, Surya Sahetapy juga menyisipkan doa untuk Ray Sahetapy agar dapat bersatu lagi dengan mendiang Gizca Puteri Agustina Sahetapy yang lebih dulu berpulang.
"Titip salam kangen dan cinta ke Kak Gisca, Ayah!," kata Surya Sahetapy.
Berpulangnya Ray Sahetapy bukan cuma menghadirkan duka bagi keluarga yang ditinggalkan. Semua yang mengenal Ray ikut merasa kehilangan.
Baca Juga: Pandji Pragiwaksono 'Ceramahi' Menhan Suruh Deddy Corbuzier Jawab Kritik Publik Terkait RUU TNI
Salah satunya seperti Pandji Pragiwaksono, yang mengenal baik sosok Ray Sahetapy karena pernah bekerja bersama.
Lewat sebuah tulisan di X, Rabu (2/4/2025), Pandji Pragiwaksono mengirim ucapan belasungkawa untuk Surya Sahetapy atas berpulangnya Ray.
"Innalillahi wa innailaihi raji'un. Sedihnya, turut berduka Surya," tulis Pandji Pragiwaksono.
Sebagai informasi, Pandji Pragiwaksono dan Ray Sahetapy sama-sama muncul dalam film Comic 8 di 2014.
Film aksi-komedi yang menampilkan banyak komika Indonesia sebagai pemeran utamanya itu turut dibintangi Ray Sahetapy, sebagai salah satu tokoh antagonis dalam cerita.
Pernah bekerja bersama, Pandji Pragiwaksono jadi saksi bagaimana etos kerja Ray Sahetapy di lokasi syuting. Ia berani bersaksi bahwa Indonesia kini kehilangan salah satu legenda filmnya.
![Ray Sahetapy meninggal dunia. [Instagram/raysahetapy]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/04/01/29296-ray-sahetapy.jpg)
"Sungguh, Indonesia kehilangan legenda," kata Pandji Pragiwaksono.
Sebagai pengingat, Ray Sahetapy memang menghadapi masalah kesehatan sejak beberapa tahun terakhir.
Pada Agustus 2023, Ray Sahetapy mengalami serangan stroke yang menyebabkan kesulitan berbicara dan berdiri.
Putra Ray, Rama Sahetapy, menceritakan bahwa ayahnya tiba-tiba bingung saat bangun tidur di rumah saudara, sehingga segera dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD).
Hasil pemeriksaan saat itu menunjukkan adanya penyumbatan di pembuluh darah otak Ray Sahetapy, yang dinyatakan sebagai gejala stroke.
Setelah perawatan, kondisi Ray Sahetapy sempat membaik. Namun, sang aktor mengalami penurunan daya ingat sejak saat itu.
Sampai pada April 2024, muncul potret Ray Sahetapy saat merayakan Idul Fitri bersama keluarga dan anak-anaknya.
Kala itu, Ray Sahetapy tampak lebih sehat dan menunjukkan perkembangan positif dalam proses pemulihan.
Keluarga sendiri sudah memberikan pernyataan resmi terkait penyebab meninggalnya Ray Sahetapy per hari ini, dikarenakan komplikasi penyakit.
Jenazah Ray Sahetapy disemayamkan di Rumah Duka Sentosa RSPAD, Jakarta untuk menunggu kepulangan Surya Sahetapy, dan baru akan dimakamkan pada Jumat (4/4/2025).
Ray Sahetapy mengawali karier di panggung seni peran pada 1980. Ia ketika itu membintangi film Gadis, yang sekaligus jadi momen perdana pertemuannya dengan Dewi Yull.
Kualitas akting Ray Sahetapy akhirnya mendapat pengakuan di 1989, saat masuk nominasi aktor terbaik Festival Film Indonesia berkat aktingnya di film Noesa Penida.
Di luar kategori aktor terbaik, Ray Sahetapy juga pernah dinominasikan sebanyak tujuh kali dalam ajang yang sama, yakni melalui film Ponirah Terpidana (Festival Film Indonesia 1984), Secangkir Kopi Pahit (Festival Film Indonesia 1985), Kerikil-Kerikil Tajam (Festival Film Indonesia 1985), Opera Jakarta (Festival Film Indonesia 1986), Tatkala Mimpi Berakhir (Festival Film Indonesia 1988), dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (Festival Film Indonesia 1990).
Saat industri film Tanah Air mati suri, Ray Sahetapy pernah membangun sebuah sanggar teater di pinggiran kota dan membentuk komunitas di sana.
Lewat sanggarnya, Ray Sahetapy pernah membuat geger lantaran gagasan tentang perlunya mengubah nama Republik Indonesia menjadi Republik Nusantara.
Hingga pada pertengahan 2006, Ray Sahetapy kembali ke dunia film dengan membintangi Dunia Mereka. Di tahun yang sama, Kongres Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) memilih Ray menjadi salah satu ketua mereka.