Kunto Aji Ibaratkan LMKN Sebagai Wasit Curang di Sepak Bola, Ternyata Ini Maksudnya

Senin, 31 Maret 2025 | 23:43 WIB
Kunto Aji Ibaratkan LMKN Sebagai Wasit Curang di Sepak Bola, Ternyata Ini Maksudnya
Kunto Aji saat ditemui di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (18/9/2024). [Suara.com/Tiara Rosana]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kisruh pembayaran performing rights dari penyanyi ke pencipta lagu masih marak diperbincangkan.

Apalagi saat ini, sudah banyak kelompok atau organisasi penyanyi dan pencipta lagu yang ikut bersuara soal perbaikan sistem pembayaran performing rights di Indonesia.

Namun, tidak semua penyanyi atau pencipta lagu ikut menyuarakan keresahan tentang isu pembayaran performing rights di industri musik Tanah Air.

Salah satunya seperti Kunto Aji, yang mengaku tidak tertarik untuk ikut membicarakan kisruh pembayaran performing rights dari penyanyi ke pencipta lagu.

"Dari kemarin, aku nggak ikut ngomong soal ribut-ribut royalti. Menurutku, ada isu yang lebih penting," ujar Kunto Aji dalam tulisannya di platform X, Sabtu (29/3/2025).

Namun di hari yang sama, Kunto Aji akhirnya ikut memberikan suaranya terkait masalah pembayaran performing rights antara penyanyi dan pencipta lagu yang tidak ada habisnya. 

Dalam bahasa sederhana, Kunto Aji mengibaratkan masalah performing rights antara penyanyi dan pencipta lagu seperti tim sepak bola yang dicurangi wasit.

"Bayangkan, dalam satu tim sepak bola ada striker dan defender. Masing-masing memiliki perannya. Di dalam pertandingan, tujuannya adalah mencetak skor. Tapi tim ini dicurangi wasit," papar Kunto Aji dalam tulisan lain.

"Dalam setiap 3 gol yang kami cetak, 2 gol pasti dianulir. Sehingga kami hanya mendapat 1 skor, untuk 3 kali gol. Ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Diprotes berkali-kali, tidak kunjung ada hasilnya," lanjut musisi berdarah Jawa itu.

Baca Juga: Jebolan Indola Cilik 2022, Shania Diva Sambut Idul Fitri dengan Lagu Lebaran

Permasalahan pada wasit curang, akhirnya menimbulkan reaksi berbeda dari internal tim. Ada yang menuntut untuk mengambil alih peran wasit dalam menentukan skor pertandingan.

"Di satu titik, akhirnya beberapa pemain marah. Ada yang mengatasnamakan defender membentuk sub team A, dan menuntut untuk mengambil peran wasit menentukan skor," jelas Kunto Aji.

Peraturan semacam itu, dalam sepak bola, tentu tidak dapat diberlakukan. Sudah sejak dulu, penentu sah atau tidaknya gol dalam sebuah pertandingan dipegang wasit.

"Mereka ingin ada peraturan baru, tapi cara ini tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku," kata Kunto Aji.

Sampai akhirnya, para pemain lain bergerak untuk mengambil tindakan yang menurut mereka masih sesuai aturan, dan memang diperbolehkan.

"Beberapa pemain yang menolak cara ini (di dalamnya terdapat striker dan defender lain), mereka menempuh cara lain untuk mendapat keadilan dengan mendatangi dan mengirim surat langsung ke federasi. Menempuh cara yang sesuai birokrasi," jelas Kunto Aji.

Kunto Aji [Instagram]
Kunto Aji [Instagram]

Perbedaan cara menyuarakan protes ini lah yang akhirnya menimbulkan polemik dalam internal tim sepak bola yang dicurangi wasit di setiap laga.

"Sayangnya, isu ini menjadi ramai karena pemain di sub team A justru mengkonfrontasi pemain lain yang tidak setuju dengan cara mereka, dan menempatkan posisi pemain-pemain ini sebagai bagian dari kecurangan sekaligus tidak peduli pada tim," papar Kunto Aji.

Sebenarnya, tidak ada yang menyalahkan kubu yang menghendaki peraturan baru agar pertandingan berjalan adil.

Namun dari sudut pandang kubu yang menempuh aduan lewat birokrasi, solusi yang ditawarkan kelompok tersebut tidak realistis.

"Kemarahan sub team A valid, walaupun solusinya dipertanyakan," tutur Kunto Aji.

Padahal, akar permasalahan kedua kubu sebenarnya bersumber dari faktor yang sama, yakni ketidakadilan wasit.

"Sekali lagi, ini bukan tentang defender versus striker. Ini adalah pemain versus wasit yang curang," ucap Kunto Aji.

Di penghujung penjelasannya, Kunto Aji tegas menyatakan bahwa sosok wasit curang dalam analoginya adalah mereka yang bergerak di Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN).

Dengan kata lain, pemerintah harus mengambil tindakan tegas ke LMKN agar perpecahan di internal penyanyi dan pencipta lagu tidak terjadi lagi di masa mendatang.

"Wasitnya ya LMK atau LMKN," tandas Kunto Aji.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI