Jadi Lawan Main di Mungkin Kita Perlu Waktu, Sha Ine Febriyanti Akui Kualitas Akting Bima Azriel

SumarniIsmail Suara.Com
Minggu, 30 Maret 2025 | 10:52 WIB
Jadi Lawan Main di Mungkin Kita Perlu Waktu, Sha Ine Febriyanti Akui Kualitas Akting Bima Azriel
Poster Film Mungkin Kita Perlu Waktu (IMDb)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sha Ine Febriyanti kembali menujukkan kualitasnya sebagai seorang artis dengan membintangi film drama, Mungkin Kita Perlu Waktu.

Dalam film tersebut, Sha Ine Febriyanti kembali beradu akting dengan bintang muda, Bima Azriel.

Bima Azriel berperan sebagai Ombak, anak dari seorang ibu yang bernama Kasih yang diperankan oleh Sha Ine Febriyanti.

Bermain bersama dengan pemain muda, artis yang populer di tahun 90-an itu mengaku senang bisa beradu akting dengan Bima Azriel.

Menurut Ine kualitas Bima Azriel sebagai seorang aktor sangat luar biasa.

"Dia (Bima Azriel) memang sangat bagus dan sangat potensial," ungkap Sha Ine Febriyanti saat datang ke kantor Suara.com yang berada di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan bersama Bima Azriel belum lama ini.

Bintang film Bumi dan Manusia itu menilai Bima Azriel mudah diajak berdiskusi meskipun usianya terbilang masih muda.

"Jadi potensinya sangat luar biasa," sambungnya.

Di sisi lain, Bima Azriel juga mengaku senang bisa menjadi lawan main Sha Ine Febriyanti. Tentunya, dia merasa bangga.

Baca Juga: Ifan Seventeen Ditunjuk Jadi Direktur Utama, Lukman Sardi Diduga Sindir PFN

"Pasti ada rasa wow," sanjung Bima.

Meskipun begitu, Bima Azriel tidak memungkiri sempat ada keraguan membintangi film ini.

Hanya saja, dia berubah pikiran setelah tahu jajaran pemainnya.

"Awalnya yang menegangkan. Ini suatu hal yang baru apa lagi scene aku sangat banyak," tuturnya.

"Tapi ketika aku lihat pemain-pemainnya sangat menarik buat bisa diajak kerja sama terus bisa jadi pengalaman baru buat aku juga," sambungnya lagi.

Film Mungkin Kita Perlu Waktu (Instagram)
Film Mungkin Kita Perlu Waktu (Instagram)

Film Mungkin Kita Perlu Waktu merupakan karya sutradara dan penulis naskah Teddy Soeriaatmadja. Film ini  diproduksi Kathanika Films, Adhya Pictures dan Karuna Pictures.

Berdurasi 95 menit, Mungkin Kita Perlu Waktu menceritakan kisah Ombak (Bima Azriel), Ayah Restu (Lukman Sardi), dan Ibu Kasih (Sha Ine Febriyanti) yang harus melanjutkan hidup selepas kehilangan anggota keluarga, Sara (Naura Hakim) yang mereka cintai.

Restu berusaha baik-baik saja di hadapan anak dan istrinya. Kasih bersikeras pergi umrah untuk mengatasi kesedihannya serta Ombak yang kerap dihantui rasa bersalah.

Bayang-bayang trauma, serta buruknya komunikasi satu sama lain, membuat situasi semakin runyam. Semua pergulatan tersebut seperti bom waktu yang menunggu meledak.

Di tengah semuanya, Ombak bertemu dengan Aleiqa (Tissa Biani), seorang gadis penyandang bipolar yang membawa secercah harapan dalam hidupnya.

Film Mungkin Kita Perlu Waktu pernah tayang di Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) dalam kompetisi Indonesian Screen Awards, tanggal 2-3 Desember 2024 di Empire XXI, Yogyakarta.

Lukman Sardi, Chief Executive Officer Kathanika Films sekaligus produser dan salah satu pemain mengaku senang filmnya bisa masuk di Festival tersebut.

"Senang sekali film ini yang juga merupakan proyek pertama dari Kathanika Films bisa masuk kompetisi di JAFF sebelum tayang di bioskop," ujar Lukam Sardi kala itu.

"Kami berharap film ini dapat diapresiasi dan diulas oleh para pecinta film festival dari berbagai sisi, sehingga value dan kesan-kesan dari film ini bisa lebih dulu sampai kepada masyarakat luas sebagai calon penonton nanti di bioskop," tambahnya.

Film Mungkin Kita Perlu Waktu (Instagram)
Film Mungkin Kita Perlu Waktu (Instagram)

Senada dengan Lukman Sardi, sutradara Teddy Soeriaatmadja mengatakan banyak hal unik bila mengakar film yang bertema tentang keluarga.

"Mengangkat cerita keluarga selalu menjadi perjalanan kreatif yang menantang sekaligus memikat karena di balik tema yang universal dan akrab, tersimpan lapisan kompleksitas emosional yang mendalam. Keluarga, dengan segala dinamikanya, menjadi cerminan kehidupan dari relasi antara anak remaja dan orang tua hingga pergulatan pasangan suami-istri dalam menghadapi trauma yang mereka sembuhkan dengan cara masing-masing," terang sang sutradara.

"Saya percaya, hadirnya film ini bukan sekadar hiburan, tetapi juga sebuah medium yang mampu merangkum dan merepresentasikan spektrum emosi yang begitu kaya," lanjutnya.

Dia pun berharap, film ini bisa memberikan banyak pesan moral bagi para penontonnya.

"Harapan saya, melalui narasi yang otentik dan konflik yang manusiawi, penonton dapat menemukan resonansi, introspeksi, serta pengalaman sinematik yang penuh rasa," ujar Teddy Soeriaatmadja

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI