"Gua ditanya sama wartawan pasal berapa yang bermasalah, gue sebutin isi pasalnya yang mana, tapi kalau pasal berapa tepatnya atau pasal-pasal lain ya gue enggak hafal di luar kepala," imbuh Jefri Nichol.
"Gue bilang 'lihat aja di Google atau di akun-akun yang bahas politik kalau mau lebih lengkapnya'," ucapnya menyambung.
Jefri Nichol kala itu malah diledek oleh kalangan mahasiswa karena tidak hafal pasal yang sedang diperjuangkannya bersama yang lain.
"Yang diperjuangin juga kadang kek t*i sih, penginnya kelihatan pintar sendiri, bukannya ngerangkul," ujarnya.
Pernyataan Jefri Nichol ramai menuai pro kontra. Bintang film Jakarta vs Everybody ini dinilai golongan yang punya keadaan cukup stabil sehingga tidak merasa perlu berjuang.

"Orang privilege bilang males / enggak peduli di situasi kayak gini besok bisa makan minum hidup nyaman, orang kelas menengah ke bawah males dan gak peduli di situasi kayak gini besok lusa bingung mau makan apa," sindir akun @ryozoe***.
"Bukannya rangkul seluruh kelas masyarakat, malah nge-eksklusifin perjuangannya ke kelas mereka sendiri. Ya gimana mau nyatu kalo kagak mau ngelebur," kata Jefri Nichol membalas.
Dikenal hobi tanding tinju, Jefri Nichol lalu ditantang menghadapi polisi yang belakangan ini disebut parcok (partai cokelat) berdasarkan warna seragamnya.
Namun Jefri Nichol menolaknya dengan halus, karena lebih memikirkan ibu dan adiknya, mengingat dia tulang punggung keluarga.
Baca Juga: Sudah Lebih Dewasa, Jefri Nichol Kini Ogah Ladeni Netizen: Ingin Lebih Tenang
"Tinju sama parcok full equipment yang dibayar dari pajak kamu, jangan tinju sama untrained civilian doang," tantang akun @happygoleft***.