Suara.com - Masyarakat lagi-lagi dibuat marah dengan tindakan para pejabat di era pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Kini, giliran Hasan Nasbi selaku Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan Republik Indonesia yang mendapat kritik tajam gara-gara caranya merespons teror terhadap jurnalis.
Sebagai informasi, jurnalis Tempo Fransisca Christy Rosana sempat mendapat teror berupa kiriman kepala babi pada Kamis (20/3/2025).
Redaksi Tempo pun mengambil langkah tegas dengan melaporkan teror kepala babi terhadap salah satu jurnalis mereka ke Bareskrim Mabes Polri.
Alasannya jelas, ada upaya pembungkaman terhadap kritik tajam Tempo ke penguasa sebagai insan pers.
Namun oleh Hasan Nasbi, teror kiriman kepala babi yang dialami salah satu jurnalis Tempo terkesan dianggap remeh. Ia masih bisa bercanda dengan meminta sang penerima paket memasaknya saja.
"Sudah, dimasak saja," kata Hasan Nasbi, Jumat (21/3/2025).
Hasan Nasbi sebenarnya sudah berusaha meluruskan maksud di balik ungkapan 'dimasak saja'. Bukan mengecilkan kebebasan pers, Hasan justru ingin membantu melawan teror dengan tidak menganggapnya sebagai ancaman.
"Tujuan orang kasih teror itu menciptakan ketakutan. Jadi, justru cara melecehkan peneror ya dengan cara kayak gitu," papar Hasan Nasbi, Sabtu (22/3/2025).
Baca Juga: Dengar Ojol Terima BHR Rp1 Juta, Prabowo Imbau Perusahaan Aplikator Tambah Bonus
Namun, terlanjur banyak yang salah paham dengan cara Hasan Nasbi menanggapi isu pembungkaman terhadap kebebasan pers.
Salah satu ungkapan kekecewaan datang dari Iqbaal Ramadhan, yang menyebut gaya komunikasi pemerintah sangat buruk dalam menyikapi sebuah isu.
"Very-very bad PR move," tulis Iqbaal Ramadhan di akun X pribadinya hari ini.
Lebih lanjut, Iqbaal Ramadhan juga menyoroti bagaimana perbedaan reaksi publik dalam merespons blunder para artis dan orang-orang yang ada dalam lingkaran pejabat.
Iqbaal Ramadhan merasa, orang-orang jauh lebih reaktif ketika ada artis yang salah dalam berkata-kata, seperti dalam kasus Sastra Silalahi.
'Ketika seniman atau artis yang salah ngomong dikit aja, diserangnya dar der dor duar. Udah kayak dosa besar nggak bisa lagi diampuni," keluh Iqbaal Ramadhan.

Sedang dalam kasus yang melibatkan orang-orang pemerintah, Iqbaal Ramadhan melihat tidak terlalu banyak pihak yang bereaksi, khususnya dari pengguna media sosial yang diyakini sebagai buzzer.
"Kalau orang penting yang salah ngomong, masak marahnya segitu doang? Curang," lanjut Iqbaal Ramadhan.
Sayang, tulisan Iqbaal Ramadhan tidak dibarengi konteks yang jelas sehingga menimbulkan kontroversi baru.
Ada beberapa pengguna X yang menyebut Iqbaal Ramadhan seperti tutup mata dengan perjuangan mahasiswa menentang berbagai kebijakan kontroversial dari pemerintah.
"Ini konteksnya apa sih? Warga nyerang artis habis-habisan, sementara ke pejabat anteng gitu maksudnya? Kalau bener gitu maksudnya, coba deh, lo keluar gua. Menurut lo, orang pada demo tuh nyerang siapa? Nggak artis, nggak pejabat, sama aja kelakuannya. Nyalahin masyarakat mulu," keluh akun @wepassedit di kolom komentar.
"Segitu doang maksud lo kayak gimana? Scroll lebih sering, dan lihat berapa banyak sumpah serapah sampai skenario-skenario serem yang dibuat warga untuk membalas kelakuan pejabat-pejabat ampas ini di medsos. Jangan kayak orang tinggal di gua lah," timpal akun @suarrmentari.
Namun, ada juga pengguna X yang bisa memahami konteks keluhan Iqbaal Ramadhan tentang banyaknya buzzer yang dipakai untuk menutupi dosa pemerintah.
"Kayaknya menurut dia bukan orang-orang yang turun buat demo deh. Coba lo lihat aplikasi sebelah, yang masih banyak banget ngebela pemerintah. Giliran kemarin si Umay atau Fedi Nuril speak up soal Pilpres, langsung diserang habis-habisan. Bahkan pada nyuruh boikot," jelas akun @khairaaaaa.
"Sewa buzzer makanya," kata akun @rendangjalapeno.