Lutesha juga mengunggah sejumlah foto yang diambil ketika aksi Kamisan ke Instagram Story-nya. Terlihat ratusan orang berkumpul mendengarkan orasi meski hujan turun.
Mereka serentak menggunakan payung berwarna hitam bertuliskan tragedi brutal yang pernah terjadi di Indonesia serta seruan-seruan keadilan. Seperti 'tragedi Wamena 4 April 2003', 'tragedi 27 Juli 1996', dan 'berantas korupsi, kolusi, dan nepotisme'.
Sementara pada payung yang digunakan oleh Lutesha tertulis 'penembakan misterius 1982-1985'.
Seruan Lutesha untuk aksi 'Tolak RUU TNI'

Dalam postingan Instagram-nya, Lutesha berulang kali mengunggah ulang konten-konten yang membahas aksi penolakan terhadap pengesahan revisi Undang-Undang TNI.
Terbaru, pemain film '13 Bom di Jakarta' itu membagikan konten dari akun @whiteboardjournal berisi skenario yang dapat dilakukan usai UU TNI disahkan.
"Jika begitu, lalu kita bisa apa? 1. Tekanan publik: Demonstrasi, petisi, dan davokasi dapat mendorong DPR (this is a very big what if) mempertimbangkan revisi atau pencabutan UU," bunyi isi konten @whiteboadjournal yang disebar ulang oleh Lutesha.
"2. Media & Opini Publik: Media massa dan sosial dapat membentuk opini publik yang mempengaruhi kebijakan. 3. Pendekatan Hukum Internasional: Jika UU melanggar HAM atau perjanjian internasional, dapata diajukan ke pengadilan HAM global," bunyi lanjutan isi konten tersebut.
"Atau percepat pemilu untuk mengganti poin kekuasaan. Mari ingatkan mereka bahwa kekuasaan tertinggi di sebuah negara ada di tangan kita. Kita punya suara, kita punya kuasa. Jangan biarkan mereka lupa," bunyi akhiran pada konten tersebut.
Baca Juga: Persahabatan Wika Salim dan Danang Pradana Sempat Renggang, Kini Kembali Akrab
Lutesha juga turut meramaikan template Instagram berisi kritikan untuk DPR bertuliskan "Rakyat Ditekan, Militer Dimanjakan. Supremasi Sipil Bukan Lelucon!".