Suara.com - Negara Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Itulah keluhan komika Kemal Palevi setelah revisi Undang-Undang (RUU) Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (TNI) sudah sah menjadi undang-undang.
Melalui akun sosial medianya baik Instagram maupun X (Twitter), pria kelahiran 25 Agustus 1989 ini membeberkan kondisi negara ini di era Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka.
Dia menyinggung tentang bagi-bagi jabatan hingga UU TNI yang semakin memperkeruh kondisi negeri ini. Ada lima poin yang menjadi fokusnya.
"1. Para artis dan influencer sudah menjadi stafsus. 2. Buzzer sudah ditransfer. 3. Menteri Presidan sebelumnya sudah kebagian jabatan. 4. Program MBG sudah mau jalan. 5. Militer udah dapat kelonggaran," kicau Kemal Palevi pada Kamis (20/3/2025).
"Gimana? Udah puaskah, zim? Kalau belum puas juga gak ngerti lagi gue," sambungnya lagi.
Yang makin bikin Kemal Istighfar, ada netizen yang membeberkan fakta bahwa bukan hanya UU TNI melainkan ada RUU Polri - Kejaksaan yang segera akan dikebut DPR RI.
"Teman-teman, kencangkan ikat pinggang kalian Kita akan memasuki babak kedua," tulis akun @/remotivi.
"Saat ini akan dikebut RUU Polri yang akan membuat kepolisian menjadi lembaga 'superbody' dengan memberi wewenang yang lebih luas tapi justru tidak secara tegas mengatur pengawasan anggotanya," tambahnya.
Baca Juga: 3 Alasan RUU TNI Diprotes dan Ditolak Publik
Pria 35 tahun ini pun terkaget-kaget dan hanya bisa beristighfar mengetahui hal tersebut.
"Oh belum? Astagfirullah," balasnya.
Beri Edukasi Harus Tolak RUU TNI
Kemal Palevi menjadi salah satu komika yang menjadikan platform media sosial untuk memberikan edukasi tentang RUU TNI jauh sebelum disahkan DPR RI pada 20 Maret 2025.
Dia bersama rekan sesama komika yakni Pandji Pragiwaksono membahas tentang RUU TNI yang akan membuat negeri ini kembali seperti rezim Orde Baru.
"Sekelam dan sejahat apa Orde Baru itu?" tanya Kemal sebagai host podcast pada Panji.
Panji menjelaskan Orde Baru adalah masa yang sangat tenang namun mencekam.
"Orde Baru itu tidak terasa jahat justru sebaliknya, Orde Baru terasa tenang tapi tidak semua tenang itu damai. Tenang itu sering kali terjadi karena mencekam," beber Panji memberikan gambaran secara umum pada generazi Z yang tak merasakan Orba saat itu.
Dia kemudian menjelaskan contoh-contoh yang terjadi dalam pemerintahan saat itu di mana korupsi merajalela namun tidak ada yang berani bersuara karena nyawa taruhannya.
"Tidak ada itu berita penangkapan menteri, gubernur karena korupsi. Bukan berarti nggak ada korupsi tapi nggak ketahuan. Pada zamannya, setiap ada yang akan menceritakan, hilang! Setiap ada yang berusaha memberitakan diberedel," jelasnya.
Di masa Orba, orang-orang dibuat jauh dari pembahasan politik sehingga tak berani menyuarakan pendapat.
"Supaya mereka (rakyat) tidak tahu apa yang terjadi di ranah politik," tambahnya.
Akibatnya, banyak perdagangan yang curang. Tak hanya itu, skill dan kepintaran juga tak berlaku karena pada akhirnya yang mendapatkannya adalah orang-orang terdekat atau yang berafiliasi pada pemerintahan Orba.
"Jadi lu harus baik-baikin mereka, ngasih sesuatu sama mereka. Itu yang bikin susah," tandasnya.
Hal itulah yang ditakutkan sebagian rakyat Indonesia dan aktivis yang peduli dengan negeri ini.
Mereka tidak mau Indonesia kembali ke masa tenang tapi mencekam di mana kebebasan berpendapat dikekang.
Ada juga netizen yang akhirnya sadar tentang penguasa saat ini yang selalu menyasar gen Z.
"Dari tweet abang ini gua bener bener baru sadar kenapa 02 nyasar target audience gen Z. Ya sesimpel karena belom lahirr, jadi ga ngerasain orba," komentar seorang netizen.
Kontributor : Tinwarotul Fatonah