Suara.com - Epy Kusnandar bersama sang istri, Karina Ranau kembali berjualan takjil di Ramadan tahun ini.
Kegiatan tersebut sudah dilakukannya selama sepuluh tahun terakhir.
Baru-baru ini, Karina Ranau menceritakan bagaimana persiapannya berjualan takjil selama Ramadan.
“Setiap hari (jualan), nggak ada liburnya. Liburnya ya pas H-5 lebaran,” kata Karina dalam acara Rumpi No Secret dikutip pada Sealsa (19/3/2025).
“Bangun abis sahur langsung kita persiapan ke pasar,” lanjutnya.
Meski berjualan di sore hari, Karina dan karyawannya itu sudah bersiap-siap sejak subuh, mereka mulai mengerjakan segala keperluan untuk berjualan.
“Jadi semua karyawan itu habis sahur jam 5 udah ngumpul semua di warung, jadi kita udah prepare dari pagi, dari subuh,” ujarnya.
Tak tanggung-tanggung, ada 25 jenis takjil yang dijual oleh Epy Kusnandar bersama istrinya tersebut.
Baca Juga: Beredar Video Epy Kusnandar Makan Bareng Keluarga, Sudah Bebas dari Kasus Narkoba?
“Ada sekitar 25 (jenis takjil)” ucap mantan model tersebut.
Menjual berbagai macam takjil, Karina dan karyawannya membutuhkan waktu hingga sore hari untuk mempersiapkan semuanya.
“Sampai jam 4 sore itu masih goreng,” ujar Karina
Untuk membantunya mempersiapkan segala keperluan berjualan, Karina dibantu karyawan yang jumahnya tak sedikit.
“Ada delapan orang (karyawan),” terangnya.
Sementara itu, Epy Kusnandar juga tak ketinggalan membantu istrinya tersebut.
“Saya (bantu) bagian nyari yang kurang-kurang, bagian runner saya,” beber Epy Kusnandar.

Meski banyak menjual jajanan pasar dan takjil khas Ramadan, Karina ternyata punya satu menu yang spesial, yakni sambal dadak resep asli sang ibu.
“Ada (resep khusus), kayak sambal dadaknya itu resep dari ibu saya di kampung, karena dari kecil kita digedein makannya sambal,” ujarnya.
Melihat istrinya semangat berjualan takjil, Epy Kusnandar mengaku heran lantaran istrinya tidak pernah merasa lelah.
“Saya ngelihatnya tuh kayak gak ada capeknya, saya aja capek lihatnya,” katanya.
Meski pasangan suami istri itu terlihat kompak saat berjualan takjil namun keduanya tak jarang cekcok.
Pemain serial Ramadan “Preman Pensiun” itu mengaku sering kena omel istri karena pekerjaannya tak beres.
“Akhirnya saya kesel, saya serba salah nih,” ujar pemeran Kang Mus itu.
Berjualan takjil saat Ramadan ternyata memiliki berkah tersendiri bagi Karina dan Epy.
Keuntungan yang didapat dari hasil jualan takjil bisa menjadi modal pulang kampung dan menggaji delapan orang karyawan.
“Seneng sih, karena Ramadan ini momen yang ditunggu-tunggu buat mencari rezeki, bisa pulang kampung, terus bisa ngegaji karyawan walaupun gak banyak,” ujar Karina.
![Epy Kusnandar bersama istri, Karina Ranau berjualan takjil Ramadan. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/08/19291-epy-kusnandar-dan-karina-ranau.jpg)
Meski menagku mendapatkan keuntungan dari berjualan takjil, Karina juga bercita soal pengalaman duka yang dialaminya.
Ada satu waktu di mana takjil yang dijualnya masih tersisa banyak.
“Pernah, waktu itu pas udah mau selesai buka puasa, jadi masih nyisa banyak, sedih banget,” jelas Karina.
Saat sedang sedih, ada seorang bapak-bapak yang menghampiri warung takjil Karina dan Epy. Bapak tersebut ternyata merupakan fans Epy Kusnandar.
Melihat takjil yang masih banyak, ia lalu memborong semua takjil yang tersisa untuk dibagikan ke orang lain.
“Terus tiba-tiba dia lagi duduk habis buka, ada bapak-bapak mungkin fans-nya dia (Epy Kusnandar) , terus dia melihat jualan kita masih banyak, ‘Ya udah ini berapa semuanya saya beli’,” ungkap Karina sambil mengingat momen tersebut.
Dituding Pakai Penglaris
Lantaran warung takjilnya selalu ramai, salah satu pedagang menyebut bahwa Karina memakai panglaris.
Pedagang tersebut mengatakan bahwa ia kerap melihat pocong yang suka berseliweran di tempat Karina berjualan.
Menepis kabar tersebut, Epy Kusnandar memberikan klarfikasinya.
“Mungkin yang dia maksud pocong sama tetangga sebelah, kan aku suka ketiduran, kadang-kadang aku suka tidur di situ, pakai sarung warna putih,” kata Epy.
“Mungkin itu yang dimaksud ada pocong seliweran di situ,” pungkasnya.
Kontributor : Rizka Utami