Misteri 27 Rekaman Beethoven Milik Gus Dur Hilang di Istana Negara

Reza Gunadha Suara.Com
Senin, 17 Maret 2025 | 15:11 WIB
Misteri 27 Rekaman Beethoven Milik Gus Dur Hilang di Istana Negara
Ilustrasi presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. [Dok. NU]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Abdurrahman Wahid alias Gus Dur sudah 16 tahun wafat meninggalkan kita. Namun, beragam cerita tentang dirinya  tetap diminati banyak orang, karena dianggap berisi pelajaran berprinsip dan bersikap agar bisa menjadi orang yang lebih baik.

Salah satu cerita yang masih banyak menarik perhatian, tapi jarang sekali terungkap, adalah kesukaan Presiden ke-4 RI tersebut terhadap musik. 

Bahkan, ketika Gus Dur harus meninggalkan Istana Negara pada Juli 2001 akibat pelengseran secara paksa, ia tampak tak memedulikannya.

Sebab, bagi Gus Dur, jabatan politik bukanlah satu hal yang patut dipertahankan mati-matian. 

Gus Dur justru merasa sangat kecewa ketika puluhan koleksi rekaman musiknya tertinggal di istana dan hilang ketika itu.

Jadi ceritanya, saat dipaksa meninggalkan istana, ada beberapa barang miliknya yang tertinggal.

Makam Gus Dur di Jombang [Foto: Beritajatim]
Makam Gus Dur di Jombang [Foto: Beritajatim]

Dalam situasi politik yang memanas dan serba mendesak, proses pindahan dari Istana ke Ciganjur berlangsung cepat.

Namun, meski kehilangan kekuasaan sebagai presiden, Gus Dur tetap tenang dan tidak pernah menyesali hal tersebut.

Ada satu hal yang justru membuatnya merasa kehilangan lebih dalam, seperti yang pernah ia ungkapkan dengan jenaka sekaligus serius:

Baca Juga: Rekam Jejak Pandawara Group, Dipanggil Prabowo ke Istana Presiden Bahas Isu Sampah dan Lingkungan!

“Kehilangan jabatan presiden bukan apa-apa buat saya. Saya lebih menyesal karena saya kehilangan 27 rekaman Simfoni No. 9-nya Beethoven," ujar Gus Dur dikutip dari NU Online, Senin (17/3/2025).

Pernyataan ini menggambarkan betapa mendalamnya kecintaan Gus Dur terhadap musik klasik.

Sebagai seorang politikus yang dikenal cerdik, ia mungkin menggunakan kalimat ini sebagai cara “ngeles” yang khas, tetapi membandingkan kehilangan kekuasaan dengan kehilangan rekaman Beethoven menunjukkan bahwa musik klasik memiliki tempat istimewa dalam hidupnya.

Gus Dur, Musik Klasik, dan Ketajaman Pendengaran

Sebagai pecinta musik klasik, Gus Dur bukan hanya sekadar penikmat biasa. Ia adalah pendengar yang serius, bahkan sangat mendalami detail setiap komposisi.

Kebanyakan pencinta musik klasik mungkin dapat dengan mudah mengenali judul atau komposer dari suatu karya, tetapi hanya sedikit yang mampu mengidentifikasi konduktor yang membawakannya. Gus Dur adalah salah satu dari sedikit orang yang bisa melakukan itu.

Dalam biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid (2003), Greg Barton mengisahkan bahwa kecintaan Gus Dur terhadap musik klasik dimulai sejak kecil.

Gus Dur cilik kerap dititipkan di rumah seorang kenalan keluarga bernama Willem Iskandar Bueller, seorang Jerman yang menetap di Indonesia dan kemudian memeluk Islam.

Untuk diketahui, Bueller merupakan sahabat dari ayahnya, KH Wahid Hasyim.

Patung masa kecil KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur) di Taman Amir Hamzah, Jakarta, Senin (27/4).
Patung masa kecil KH. Abdurahman Wahid (Gus Dur) di Taman Amir Hamzah, Jakarta, Senin (27/4).

Dalam rumah Bueller inilah, Gus Dur kecil pertama kali mendengar musik klasik melalui piringan hitam yang diputar di gramofon.

Simfoni No 9 karya Beethoven, Eine Kleine Nachtmusik dari Mozart, hingga Z milik Bach menjadi santapan musiknya sejak usia dini.

Sejak hari pertama mendengarkan Simfoni No. 9 Beethoven, ia langsung jatuh cinta pada karya-karya sang maestro.

“Gus Dur terpesona oleh musik Beethoven sejak hari pertama ia mendengarnya lewat gramofon Bueller,” tulis Barton dalam bukunya (hlm. 39).

Kecintaannya terhadap musik klasik bertahan hingga masa dewasanya. Dalam berbagai kesempatan, Gus Dur kerap menunjukkan pemahamannya yang mendalam terhadap musik, bukan hanya dari segi komposisi tetapi juga dari interpretasi para konduktor yang membawakan karya tersebut.

Musik Klasik dan Pandangan Gus Dur

Bagi Gus Dur, musik klasik bukan sekadar hiburan, melainkan bagian dari kehidupan yang membentuk pola pikir dan perasaannya.

Simfoni Beethoven, yang sarat dengan semangat perjuangan dan kebebasan, mungkin juga mencerminkan kepribadiannya yang teguh memperjuangkan demokrasi dan hak asasi manusia.

Kepergiannya dari Istana Negara membawa banyak cerita, tetapi kehilangan koleksi rekaman Beethoven adalah hal yang paling ia sesali. Sebuah penyesalan yang menunjukkan bahwa bagi Gus Dur, musik lebih dari sekadar suara—melainkan jiwa dari kehidupannya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI