Pernyataan ini menggambarkan betapa mendalamnya kecintaan Gus Dur terhadap musik klasik.
Sebagai seorang politikus yang dikenal cerdik, ia mungkin menggunakan kalimat ini sebagai cara “ngeles” yang khas, tetapi membandingkan kehilangan kekuasaan dengan kehilangan rekaman Beethoven menunjukkan bahwa musik klasik memiliki tempat istimewa dalam hidupnya.
Gus Dur, Musik Klasik, dan Ketajaman Pendengaran
Sebagai pecinta musik klasik, Gus Dur bukan hanya sekadar penikmat biasa. Ia adalah pendengar yang serius, bahkan sangat mendalami detail setiap komposisi.
Kebanyakan pencinta musik klasik mungkin dapat dengan mudah mengenali judul atau komposer dari suatu karya, tetapi hanya sedikit yang mampu mengidentifikasi konduktor yang membawakannya. Gus Dur adalah salah satu dari sedikit orang yang bisa melakukan itu.
Dalam biografi Gus Dur: The Authorized Biography of Abdurrahman Wahid (2003), Greg Barton mengisahkan bahwa kecintaan Gus Dur terhadap musik klasik dimulai sejak kecil.
Gus Dur cilik kerap dititipkan di rumah seorang kenalan keluarga bernama Willem Iskandar Bueller, seorang Jerman yang menetap di Indonesia dan kemudian memeluk Islam.
Untuk diketahui, Bueller merupakan sahabat dari ayahnya, KH Wahid Hasyim.

Dalam rumah Bueller inilah, Gus Dur kecil pertama kali mendengar musik klasik melalui piringan hitam yang diputar di gramofon.
Baca Juga: Rekam Jejak Pandawara Group, Dipanggil Prabowo ke Istana Presiden Bahas Isu Sampah dan Lingkungan!
Simfoni No 9 karya Beethoven, Eine Kleine Nachtmusik dari Mozart, hingga Z milik Bach menjadi santapan musiknya sejak usia dini.