
"Sekarang karena lagi pada membahas 'religious trauma', bisa dilihat sendiri kenapa orang banyak good bye sama 'komunitas' ini. Kita bukan ngadi-ngadi, tapi emang punya pengalaman pribadi super nggak enak," imbuhnya.
Perempuan yang kini tinggal di Berlin, Jerman, itu menambahkan, "Gue pribadi merasa selalu dipaksa buat jadi perempuan yang nggak merdeka dan dipaksa buat jadi bigot. Padahal kan gue nggak mau jadi kayak gitu."
Dahulu hinaan-hinaan dari para pembencinya akan membuat Gitasav frustasi, tetapi kini ia memilih untuk mengabaikannya.
"Kalo dulu gue frustasi. Di otak gue nggak terima gue dipaksa orang yang nggak ada urusannya sama gue, untuk menjadi sesuatu yang bukan gue. Sekarang gue anggap mereka kuman aja," pungkasnya.