Suara.com - Grup musik punk asal Purbalingga, Sukatani tengah menjadi sorotan setelah lagu mereka yang berjudul "Bayar Bayar Bayar" viral dan menuai kontroversi.
Lagu yang dirilis beberapa waktu lalu ini menjadi perbincangan hangat karena liriknya dianggap menyindir institusi kepolisian, terutama terkait dengan praktik pungutan liar dalam pelayanan publik.
Kontroversi ini kemudian memunculkan fenomena yang dikenal sebagai Streisand Effect, di mana upaya untuk membatasi atau menyensor sesuatu justru membuatnya semakin dikenal luas.
![Novi Twister Angel, vokalis Band Sukatani. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/21/97663-novi-twister-angel-vokalis-band-sukatani.jpg)
Lagu "Bayar Bayar Bayar" mendadak menjadi bahan diskusi di berbagai platform media sosial setelah liriknya dikritik oleh sejumlah pihak karena dinilai tidak pantas.
Baca Juga: Kemarin Lukisan Yos Suprapto Kini Lagu Sukatani Dibredel, DKJ: Ada Upaya Sistematis
Salah satu bagian lirik yang berbunyi, "Mau bikin SIM, bayar polisi, ketilang di jalan, bayar polisi," menjadi sorotan utama.
Banyak yang menilai bahwa lagu ini merupakan kritik sosial terhadap praktik pungutan liar yang masih marak di Indonesia. Tak sedikit juga yang menilai bahwa lirik tersebut berpotensi merusak citra institusi kepolisian.
Menanggapi polemik yang berkembang, pihak Sukatani akhirnya menyampaikan permintaan maaf dan menarik lagu tersebut dari peredaran.
Mereka menegaskan bahwa tidak ada niat untuk menyerang atau merendahkan institusi kepolisian. Lirik lagu tersebut dibuat berdasarkan pengalaman pribadi dan cerita dari orang-orang di sekitar mereka.
Keputusan untuk menarik lagu ini dari platform musik memicu berbagai spekulasi, termasuk dugaan adanya tekanan dari pihak tertentu. Namun, hingga kini belum ada bukti konkret yang menguatkan dugaan tersebut.
Baca Juga: Netizen Ngeluh Template Dukung Sukatani di Story Instagram Mendadak Hilang, Siapa Dalangnya?
Alih-alih meredam perdebatan, kontroversi lirik justru membuat Sukatani semakin dikenal luas. Fenomena ini sering disebut sebagai Streisand Effect.
Banyak orang yang awalnya tidak mengenal Sukatani, kini justru penasaran dan mencari tahu tentang mereka.
"Berapa banyak orang-orang di sini yang asalnya nggak tahu Sukatani, sekarang jadi tahu?" cuit akun @audhinafh di media sosial.
Komentar serupa juga datang dari musisi Kunto Aji, yang membayangkan bagaimana atmosfer penampilan Sukatani setelah insiden ini.
"Sukatani itu bukan band mainstream popular alias niche yang segmented banget. Gara-gara dipaksa klarifikasi, malah viral kemana-mana. Sekarang udah rame di Instagram, yang cakupannya udah nggak sekecil Twitter. Nggak pernah tahu soal Streisand Effect sih. Banyakin baca makanya," ujar akun @WidasSatyo.
Streisand Effect sendiri berasal dari nama penyanyi dan aktris Amerika Serikat, Barbra Streisand. Pada 2003, Streisand berusaha menghapus foto rumahnya dari internet dengan alasan privasi.
![Alectroguy, gitaris band Sukatani [Instagram/@sukatani.band]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/21/26331-alectroguy-gitaris-band-sukatani.jpg)
Namun, alih-alih menghilang, upaya ini justru membuat foto tersebut semakin viral karena publik menjadi penasaran.
Fenomena serupa kini menimpa Sukatani, di mana kontroversi dan upaya penghapusan lagu mereka justru membuat nama mereka semakin populer.
Dengan semakin banyaknya orang yang mengetahui keberadaan Sukatani, bukan tidak mungkin mereka justru mendapatkan lebih banyak pendengar dan dukungan atas karya-karya mereka.
Kontroversi ini tak dapat dipungkiri bisa menjadi batu loncatan bagi band tersebut untuk lebih dikenal di industri musik Indonesia.
Kontributor : Chusnul Chotimah