Suara.com - Keputusan band Sukatani menarik lagu Bayar Bayar Bayar dari pasaran semakin memperburuk citra polisi di mata masyarakat Indonesia.
Penarikan lagu diiringi penelanjangan identitas di media sosial menambah daftar buruk respons pemerintah atas kebebasan berkarya. Sebelum Sukatani, lukisan Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia juga menjadi korban pembredelan.
Keresahan tidak hanya dirasakan oleh para seniman yang karyanya ditelanjangi oleh pemerintah. Aktor dan komika Soleh Solihun turut mengutarakan amarahnya di X.
"Tempo hari lukisan diturunkan dari pameran, hari ini lagu dicabut dari peredaran," tulis Soleh Solihun, dikutip Suara.com pada Jumat (21/2/2025).
"Besok apa lagi?" tulisnya menyambung.
![Soleh Solihun selaku sutradara film dokumenter Harta Tahta Raisa dalam sesi jumpa pers di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta, Kamis (30/5/2024) [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/05/30/63770-soleh-solihun.jpg)
Tanggapan Soleh Solihun ini memantik publik untuk terus berkomentar. Menariknya, nama aktris sekaligus politisi Wanda Hamidah terseret.
Cuitan lawas milik Wanda Hamidah kini kembali viral. Cuitan tersebut bahkan diperlakukan bak sebuah ramalan yang terbukti pada rezim saat ini.
"Ramalan wanda diwujudkan oleh kaum 58 persen," bunyi keterangan dalam salah satu komentar.
Setidaknya ada tujuh cuitan lawas Wanda Hamidah yang menyoroti sikap pemerintah yang buruk dan mematahkan satu per satu hak masyarakat untuk bersuara. Baik itu melalui hak untuk memilih ataupun hak untuk bersuara melalui tulisan.
Baca Juga: Beda Lirik Lagu Bayar Bayar Bayar vs Polisi yang Baik Hati: Karya Sukatani dan Slank Jadi Omongan
"Nanti nggak bisa baca buku atau nonton mengancam 'stabilitas nasional', baru nyesel. Nanti nggak bisa ke TPS milih pemimpin atau partai yang kita suka, baru nyesel," tulis Wanda Hamidah.