Suara.com - Selebriti Raffi Ahmad turut menanggapi tren tagar "Kabur Aja Dulu" yang belakangan banyak dibahas di media sosial, terutama oleh para kaum muda Indonesia.
"Kabur Aja Dulu" merupakan aksi pemberontakan yang dilakukan masyarakat Indonesia di tengah permasalahan tak menentu terkait politik hingga ekonomi Tanah Air.

Pemberontakan tersebut berupa keinginan untuk mencari pekerjaan dan tinggal di luar negeri karena dirasa lebih aman dan menjanjikan. Tujuannya hanya karena tidak ingin mengalami dampak kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai tidak pro rakyat.
Menanggapi #KaburAjaDulu, Utusan Khusus Presiden tersebut merasa tren itu seharusnya bisa diubah menjadi konteks yang lebih positif.
Baca Juga: Raffi Ahmad Dukung Seruan 'Kabur Aja Dulu', Tapi...
"Dengan hashtag adanya tadinya kabur aja, ini kita harus membuat hashtag ini menjadi vibes-nya positi," kata Raffi Ahmad, mengutip video yang diposting akun X @ARSIPAJA pada Kamis (20/1/2025).
Suami Nagita Slavina pun menyarankan sebuah tren tagar lain yang dinilai lebih positif, yakni "Pergi Migran Pulang Juragan".
"Di mana kita nanti akan menyuarakan hashtag yang lebih baik, yaitu 'Pergi Migran Pulang Juragan'. Nah, itu kan vibes-nya lebih positif," imbuhnya.
Sayangnya, saran tersebut tidak diterima baik oleh warganet. Mereka justru menganggap Raffi Ahmad tidak memahami keresahan masyarakat.
![Raffi Ahmad dalam kunjungannya ke kantor Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, Jakarta, Rabu (19/2/2025). [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/19/75713-raffi-ahmad.jpg)
"Buat ngerti keresahan rakyat aja kayaknya susah banget. Responsnya selalu nggak tepat, aneh banget. Pemerintah nih isinya orang stunting semua kah? Kok kemampuan berpikirnya kurang mulu," sindir seorang warganet.
Baca Juga: Tanpa Raffi Ahmad, 7 Potret Ulang Tahun Nagita Slavina ke-37 di Spanyol
"Nggak nyadar-nyadar, bikin kebijakan kayak yang lebih mengakomodir angkatan kerja dan memaksimalkan bonus demografi. Misalnya hapus batasan umur, eh malah bikin hashtag tandingan," kata warganet lainnya.
"Ini negara tandingan kah? Apa aja yang dari rakyat selalu ada aja tandingan dari pemerintahnya," kritik warganet yang lain.