
Bagaimana Mengucapkan Perpisahan
Nyonya M. ingin mempertahankan Cu Li yang semakin hari semakin sekarat. Namun keponakannya tidak menyukai kehadiran Cu Li di rumah mereka.
Cu Li adalah obat afrodisiak bagi Nyonya M., alasan untuk bertahan. Namun bagi keponakannya, Cu Li tak lebih dari seekor kukang kerdil yang sakit-sakitan.
Keponakannya tahu bahwa penyakit yang ada di tubuh Cu Li itu bukan penyakit fisik. Itu adalah rasa sakit yang dialami oleh jiwa Nyonya M. yang dititipkan dan disimpan rapat di tubuh Cu Li.
Keponakannya tahu bahwa kehadiran Cu Li tidak akan menyembuhkan apa yang salah di rumah mereka. Ia meminta Nyonya M. untuk memilih antara dirinya dan Cu Li.
Bagi seseorang dengan trauma seperti Nyonya M., yang dikekang dengan pandangan bahwa generasi tua tahu segalanya, permintaan tersebut adalah permintaan yang kurang ajar. Ibarat Nyonya M. diminta untuk 'mengusir' suaminya sendiri.
Nyonya M. tak mampu kehilangan Cu Li, apalagi dengan cara yang diminta sang keponakan, yang menurutnya tidak berperasaan. Keponakannya menolak menghirup udara yang sama, dalam rumah yang sama dengan Cu Li dan menurutnya itu adalah pandangan yang masuk akal.
Kali ini, ketika menatap layar, Anda tidak dihadapkan pada pertarungan antara Nyonya M. dan keponakannya. Anda berhadapan dengan pertarungan antara generasi tua dan generasi muda, antara seseorang yang berduka atas kematian suami dan seseorang yang siap menyambut kelahiran anak di dalam kandungan.
Anda berhadapan dengan pecakapan antara seseorang yang berkabung dalam kabut yang sama terus-menerus dan seseorang yang mendambakan nafas yang baru. Anda berhadapan dengan seseorang yang memeluk trauma dalam dirinya karena itu alasan untuk bertahan dan seseorang yang menolak trauma tersebut diwariskan kepadanya dan anak-anaknya.
Baca Juga: Review Jujur Dark Nuns: Film Horor Kok Bikin Ngantuk
Trauma transgenerasional, kita menyebutnya. Jenis trauma ini sangat berbahaya karena selain mampu merusak jiwa seseorang, ia akan merusak jiwa satu keluarga.