Status Pernikahan Usai Richard Lee Mualaf Dilihat dari 5 Pendapat Ulama, Ada yang Sebut Langsung Batal

Yazir F Suara.Com
Selasa, 28 Januari 2025 | 15:38 WIB
Status Pernikahan Usai Richard Lee Mualaf Dilihat dari 5 Pendapat Ulama, Ada yang Sebut Langsung Batal
dr Richard Lee dan Reni Effendi. [Instagram]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dokter kecantikan sekaligus influencer, dr Richard Lee dipastikan telah masuk islam atau mualaf dua tahun lalu. Namun, istri sang dokter Reni Effendi sejauh ini belum ikuti keyakinan suami.

Hal ini diungkap oleh Ustaz Derry Sulaiman yang pertama kali membocorkan mualafnya Richard Lee. Menjawab pertanyaan netizen di kolom komentar, Derry hanya minta didoakan agar Reni segera menyusul.

Lantas jika saat ini hanya Richard Lee yang masuk Islam, sementara istrinya tidak, bagaimana status perkawinan mereka?

Rina Effendi, istri dokter Richard Lee (Instagram)
Rina Effendi, istri dokter Richard Lee (Instagram)

Dilansir dari laman Almanhaj, setidaknya ada lima pendapat ulama. Simak ulasannya berikut ini dikutip pada Selasa (28/1/2025).

Baca Juga: Kini Sudah Mualaf, Intip Lagi 8 Potret Richard Lee Rayakan Natal 2024 Bareng Keluarga di Jepang

1. Pendapat Pertama

Bila salah satu, suami atau atau istri masuk Islam, pernikahan mereka yang dilakukan dengan ritual agama lama mereka, batal saat itu juga.

Ini adalah pendapat sekelompok madzhab Zhahiriyah yang mengatakan, "… Kapan saja seorang wanita masuk Islam, seketika itu juga pernikahan dengan suaminya batal. Sama saja, baik dia seorang wanita Ahli Kitab atau bukan dari Ahli Kitab, baik sang suami kemudian menyusul masuk Islam setelah dirinya meskipun hanya sekejab mata atau ada jarak waktu. Tidak ada jalan lagi bagi sang suami atas istrinya kecuali jika keduanya masuk Islam secara bersama-sama dalam satu waktu..."

"Begitu pula, jika sang suami masuk Islam sebelum istrinya, maka pernikahan dengan istrinya juga batal pada waktu dia masuk Islam, meskipun hanya sekejab mata kemudian sang istri menyusul masuk Islam."

2. Pendapat Kedua

Baca Juga: Riwayat Pendidikan Dokter Richard Lee yang Kini Log In

Pendapat kedua datang dari madzhab Hanafiyah yang mengatakan, "Apabila seorang wanita masuk Islam sementara suaminya masih kafir, hendaklah ditawarkan kepada si suami agar masuk Islam jika keduanya berada di Darul Islam (Negara Islam). Jika si suami masuk Islam, maka wanita tersebut masih menjadi istrinya, dan jika dia menolak, maka seorang hakim berhak menceraikan keduanya. Sedangkan jika (keduanya) berada di Darul Harb (Negeri kafir yang berhak diperangi), hal itu cukup didiamkan sampai masa iddah si wanita habis. Apabila si suami tidak juga masuk Islam, maka dia diceraikan. Jika penolakan dari pihak suami, itu berarti talak, karena pernyataan cerai berasal dari pihaknya, sehingga hal itu disebut dengan talak, sebagaimana halnya jika dia melafalkan kalimat talak. Namun, jika penolakan dari pihak istri, hal itu batal, karena wanita tidak memiliki hak talak."

3. Pendapat Ketiga

Pendapat ketiga dari Imam Malik hampir mirip dengan pendapat kedua. Berikut pendapatnya:

"Apabila istri masuk Islam, hendaklah ditawarkan kepada suaminya agar masuk Islam. Jika suami masuk Islam, (pernikahannya tetap sah), dan jika menolak, dia harus diceraikan. Adapun jika si suami yang masuk Islam, maka harus segera diceraikan."

Ibnu Abdil Barr juga mengatakan, "Apabila suami dari Ahli Kitab masuk Islam sebelum istrinya yang juga beragama Ahli Kitab, maka pernikahan keduanya tetap sah, karena agama Islam membolehkan menikahi wanita Ahli Kitab. Namun, jika wanita tersebut bukan dari Ahli Kitab, maka keduanya harus segera diceraikan, kecuali wanita tersebut masuk Islam tidak lama kemudian setelah suaminya. Dan apabila sang istri masuk Islam lebih dulu sebelum suaminya yang juga beragama Ahli Kitab atau bukan dari Ahli Kitab, kemudian sang suami menyusul masuk Islam masih pada masa iddah istrinya, maka dia berhak atas istrinya tanpa harus rujuk atau membayar mahar kembali. Adapun wanita yang belum disetubuhi, maka dia tidak mempunyai masa iddah. Oleh karenanya, apabila wanita tersebut masuk Islam, maka keduanya harus diceraikan dengan perceraian tanpa ada kalimat talak dan tidak pula mahar, karena si suami belum menyetubuhinya."

4. Pendapat Keempat

Pendapat ini datang dari madzhab Syafi’iyah dan Hanbaliyah. Madzhab Syafi’iyah adalah yang mayoritas ada di Indonesia.

Menurut edua madzhab tersebut, "Pernikahan itu batal apabila salah satu dari suami istri lebih dahulu masuk Islam dengan syarat belum melakukan persetubuhan, … maka menurut madzhab Syafi’iyah dan Hanbaliyah yang masyhur dari mereka bahwa perceraiannya ditangguhkan sampai habis masa iddah. Jika suami atau istri tersebut masuk Islam masih pada masa iddah, maka pernikahannya tetap sah. Dan jika dia masuk Islam setelah habis masa iddah maka pernikahannya batal. Pendapat ini juga diambil oleh Al-Auza’i, Az-Zuhri, Al-Laits dan Ishaq."

5. Pendapat Kelima

Pendapat terakhir dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dan muridnya, Ibnul Qayyim, Hammad bin Abi Sulaiman, mirip seperti pendapat keeempat.

Disebutkan bahwa pernikahan dibekukan bisa seorang istri masuk Islam sebelum suaminya. Jika dia menginginkan perceraiann maka akan diceraikan dengan suaminya, dan jika menginginkan tetap bersamanya –maksudnya tetap menunggu dan menanti suaminya-, maka kapan saja si suami masuk Islam, maka dia tetap menjadi istrinya, selama wanita tersebut belum menikah dengan laki-laki lain, meskipun telah berlalu sekian tahun.

Persoalan ini diserahkan kepada wanita tersebut. Tidak ada hak bagi suaminya untuk bersikap tegas kepada istrinya, begitu pula sebaliknya, si istri tidak mempunyai hak untuk bersikap tegas kepada suaminya. Ketentuan hukum ini juga berlaku jika sang suami yang lebih dulu masuk Islam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI