Suara.com - Cinta Kuya mengaku sudah meminta maaf kepada Carolina Ramirez, warga Altadena, Los Angeles (LA), California, yang marah akibat rumahnya yang terbakar menjadi latar konten video Uya Kuya.
Namun, permintaan maaf yang dilakukan melalui direct message (DM) ke pemilik akun TikTok @camr1517 itu tidak digubris sama sekali. Bahkan, pesan Cinta tidak dibaca.
"Aku coba buat DM dia, tapi dia belum ngerespons. Coba buat komen juga dan komentar-komentarku malah ilang," kata Cinta, membalas pertanyaan warganet di cuitannya di akun X-nya, @loveinnta.
Cinta pun membagikan tangkapan layar DM yang dikirimnya. Pada pesannya, ia meminta maaf dan turut bersimpati atas yang dialami keluarga Carolina Ramirez.
"Halo, selamat malam! Aku Cinta dan aku orang yang ngerekam videonya. Pertama-tama, aku turut berduka atas apa yang sudah kamu alami. Aku dan keluargaku sangat berduka atas apa yang terjadi," tulisnya dengan menambahkan emoji menangkupkan tangan.
Gadis 20 tahun itu juga mengatakan bahwa video yang direkamnya sudah dihapus usai ditegur.
"Kami cepat-cepat menghapus (videonya) habis kamu minta kami berhenti ngerekam. Tapi aku mau jelasin alasan kami ngambil video tentang dampak dari kebakarannya," sambungnya.
Cinta melanjutkan, "Kami pengin ngasih informasi yang benar buat masyarakat Indonesia. Soalnya mereka pikir itu AI dan banyak berita bohong yang tersebar di seluruh Indonesia."
Pada akhir pesannya, Cinta menegaskan bahwa ia dan keluarganya tidak berniat untuk mencari keuntungan dengan memanfaatkan keadaan para korban kebakaran.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Film Ariel Tatum, A Business Proposal dan La Tahzan Direncanakan Tayang 2025
"Sekali lagi, kami enggak tahu kamu pemilik rumahnya, kami benar-benar minta maaf. Kami enggak menipu atau apapun itu yang berdampak buruk untuk kalian. Sekali lagi, kami sungguh-sungguh minta maaf," tuturnya.
Di lain sisi, Uya Kuya menganggap permasalahan ini disebabkan miskomunikasi. Pasalnya, kala membuat video ia memakai bahasa Indonesia yang tidak diketahui Ramirez.
"Mungkin dia pikir kami ini scammer (penipu) yang memanfaatkan situasi, karena kami berbicara dalam bahasa Indonesia, jadi dia tidak mengerti. Mereka mungkin mengira kami memanfaatkan rumah-rumah korban untuk mencari donasi," papar Uya Kuya.