Pelawak Qomar Tinggalkan Banyak Mimpi yang Belum Tercapai, Salah Satunya Bikin Sekolah Sunda

Kamis, 09 Januari 2025 | 15:39 WIB
Pelawak Qomar Tinggalkan Banyak Mimpi yang Belum Tercapai, Salah Satunya Bikin Sekolah Sunda
Dua putra Nurul Qomar, Raden Arya Bahupringga (kiri) dan Soebagdja Salim (kanan) usai pemakaman sang ayah di TPU Carang Pulang, Kabupaten Tangerang, Kamis (9/1/2025) [Suara.com/Adiyoga Priyambodo].
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pelawak sekaligus politisi Nurul Qomar telah kembali ke pangkuan Sang Pencipta. Banyak mimpi yang belum Qomar capai sampai akhir hayatnya.

“Ada banyak. Abah punya banyak cita-cita, punya banyak mimpi,” ungkap putra Nurul Qomar, Soebagdja Salim usai pemakaman sang ayah di TPU Carang Pulang, Kabupaten Tangerang, Kamis (9/1/2025).

Ada satu rencana besar yang sebenarnya ingin Nurul Qomar wujudkan, yakni membangun sekolah berbasis budaya Sunda.

Baca Juga: Abah Qomar Meninggal, Hetty Koes Endang Kenang Momen di Era 80-an

“Yang paling terus diulang-ulang, abah mau bikin sekolah Sunda. Abah mau bikin sekolah karawitan yang gratis untuk orang-orang untuk belajar seni Sunda,” beber Soebagdja Salim.

Sebegitu cintanya Nurul Qomar dengan kebudayaan Sunda. Ia ingin warisan budaya Sunda tetap hidup di lintas generasi.

“Dia memang gemarnya di situ. Bukan di seni, tapi nilai-nilai kesundaan,” jelas Soebagdja Salim.

Nurul Qomar juga ingin melihat anak-anaknya sukses di jalan masing-masing. Ada yang saat ini sedang berjuang menempuh pendidikan S2, di bidang seni dan ranah politik.

“Saya lagi belajar, saya dititipin S2. Adik saya, ini, Dimas, ke arah seni, dititipkan ke arah seni,” papar putra sulung Nurul Qomar, Raden Arya Bahupringga.

Baca Juga: Dari Tawa ke Duka, Perjalanan Hidup Abah Qomar yang Penuh Warna

“Terus ada Radja, ini pelawak. Lo pelawak kan? Film, dia di film,” timpal Soebagdja Salim. “Kalau yang ini (Bagdja), ini ke politik,” sahut Raden Arya Bahupringga.

Untuk mewujudkan angan ayah mereka dari jalan hidup masing-masing, anak-anak Nurul Qomar masih bisa menyatakan kesanggupan. Namun untuk sekolah berbasis budaya Sunda, mereka belum tentu bisa melaksanakannya.

Tangis Eko Patrio dan Eman 4 Sekawan di pemakaman Nurul Qomar di TPU Carang Pulang, Kabupaten Tangerang, Kamis (9/1/2025). [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Tangis Eko Patrio dan Eman 4 Sekawan di pemakaman Nurul Qomar di TPU Carang Pulang, Kabupaten Tangerang, Kamis (9/1/2025). [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]

“Itu mungkin memang perlu kami pelajari lagi untuk anak-anaknya. Seni, ya kami tahu. Tapi nilai-nilai Sunda itu masih perlu kami perdalam,” papar Soebagdja Salim.

Kalaupun memang nantinya terwujud, mungkin anak-anak Nurul Qomar hanya akan mendirikan sekolah formal.

“Yang pasti, banyak cara untuk membangun sekolah, walaupun bukan Sunda atau apa. Intinya, kami berusaha agar nilai-nilai Abah dan prinsip-prinsip Abah harus terealisasi,” ucap Soebagdja Salim.

Nurul Qomar meninggal dunia karena kanker usus yang mulai menyerang hati pada Rabu (8/1/2025) pukul 17.21 di RSUD Kabupaten Tangerang. Sudah sejak 2021, Qomar berjuang pulih dari sakitnya.

Selain kanker, Nurul Qomar juga terkena asam lambung. Kondisi itu membuat Qomar kesulitan mengonsumsi obat serta makanan sebelum akhirnya tutup usia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI