Suara.com - Gibran Rakabuming dan Gus Miftah sama-sama memiliki riwayat jejak digital berdialog dengan pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA).
Hanya saja, reaksi mereka berebda ketika berdialog dengan siswa SMA. Ditilik pada Jumat (27/12/2024), berikut adalah perbandingan reaksi Gibran Rakabuming dan Gus Miftah ketika berinteraksi dengan anak SMA.
Gibran Rakabuming
Ketika memantau persiapan Natal di di Gereja Kristen Indonesia (GKI), Gibran Rakabuming sempat berdialog dengan beberapa warga. Salah satu di antaranya adalah seorang siswa SMA.
Baca Juga: Usai Gibran, Kini Gelar Jokowi Dinilai Janggal: Dulu Drs, Tiba-tiba Berubah Jadi Insinyur?
"Saya kelas XI IPS, saya ingin bertanya kepada Pak Gibran. Apa target pencapaian Pak Gibran pada tahun 2025?" katanya.
Mulanya, Gibran Rakabuming memberikan reaksi dengan cara menyinggung usia siswa SMA itu. Dia juga menyinggung debatnya dulu saat Pilpres 2024.
"Ini pertanyaan yang bagus, sih. Kamu tahun lalu lihat debat, nggak? Kamu sudah bisa nyoblos?" kata Gibran Rakabuming.
Setelah itu, anak sulung Jokowi tersebut baru memaparkan recananya. Kendati demikian, dia dikritik karena bertele-tele dalam memberi jawaban.
"Di tahun depan, untuk pertama kalinya kita punya anggaran pendidikan itu tinggi, paling tinggi sepanjang sejarah. Jadi kita pengin merenovasi sekolah-sekolah yang sudah rusak," sambung Gibran Rakabuming.
Baca Juga: Mengenal Gelar BSc Gibran Rakabuming Raka, Kini Jadi Perbincangan
Gus Miftah
Dalam sebuah acara kajian, Gus Miftah pernah ditodong pertanyaan oleh seorang siswa SMA perihal gaya ceramahnya yang kerap memakai kata kasar.
"Gus Miftah ini kan seorang kiai, nah prinsip Gus Miftah ini kok masih ngomong kasar ini gimana?" ucap siswa SMA.
Berbeda dari Gibran Rakabuming, Gus Miftah melempar guyonan terlebih dahulu sebelum memberi jawaban serius. Imbasnya, dia diterpa kritik karena jawaban yang diberikan tidak relevan.
"Soalnya yang saya hadapi, orang-orang seperti kamu," ujar Gus Miftah.
Setelah berguyon, pemilik nama Miftaim An'am itu baru belakangan mengungkap alasan berceramah memakai kata-kata kasar.
"Tempat itu ada omongannya, omongan itu ada wadahnya. Kebiasaan saya ngomong agak gak enak, itu sengaja untuk membuat saya dekat dengan kaum-kaum marginal," sambung Gus Miftah.
Demikian adalah perbandingan cara Gus Miftah dan Gibran Rakabuming ketika mendapat pertanyaan dari siswa SMA.