Suara.com - Hotman Paris Hutapea mengenang kembali perjalanan kariernya sebelum menjadi pengacara kondang seperti sekarang.
Saat lulus menjadi sarjana hukum dari Universitas Parahyangan, Hotman sempat bekerja di kantor pengacara terkenal OC Kaligis. Saat itu gajinya hanya Rp200 ribu.
“Gaji saya waktu itu nggak sampai Rp200 ribu, ya cukup untuk bayar kos lah,” kenang Hotman dikutip dari kanal YouTube Fristian Griec Media Official pada Jumat (27/12/2024).
Baca Juga: Istrinya Diledek Kalah Cantik, Hotman Paris Jawab Sindiran Alvin Lim dengan Cara Berkelas
Tidak lama bekerja di kantor pengacara tersebut, Hotman lalu kembali menjajal peruntungan di kantor milik Adnan Buyung Nasution. Saat itu hanya ada dua kandidat yang lolos yakni Hotman Paris dan Otto Hasibuan.
“Di situ saya masuk dari sekian ratus hanya dua calonnya yang kuat, yaitu Otto Hasibuan yang sekarang Wamen, sama saya,” tuturnya.
Selang tiga bulan, Hotman lalu mendapatkan kesempatan untuk bekerja di Bank Indonesia (BI) lewat jalur prestasi.
“Masuk lah saya ke Bank Indonesia dengan bangganya yang di Thamrin itu, saya lihat itu temboknya gede-gede, ini pasti bisa kaya,” kata Hotman Paris.
Ternyata bekerja di bank sentral Indonesia itu membuat Hotman Paris kewalahan.
Baca Juga: Hotman Paris Kembali Sindir Razman Arif Nasution: Masih Muda Sudah 2 Kali Jadi Terdakwa!
“Kita dididik lah, tapi baru Minggu pertama saya sudah gerah, karena disuruh belajar neraca,”ungkapnya.
“Akhirnya gue sering bolos dari kelas, gue nggak mau masuk. Lu bayangin coba kita sudah lulus sarjana terus disuruh hitung dagang, sementara teman kelas kita itu akuntan-akuntan,” ujar Hotman Paris melanjutkan.
Pengacara yang tengah berseteru dengan Alvin Lim itu mengaku tidak mengerti apa-apa saat masuk di lingkungan kerja BI.
“Akhirnya mulai lah saya kayak orang bego di ruangan, nggak ngerti apa-apa,” ucapnya.
Dengan berbagai cara Hotman akhirnya tetap bisa lulus dari BI, namun dia mengaku stres dan tidak bisa mengikuti berbagai aktivitas di sana.
“Tetap lulus lah, tapi saya penampilannya sudah lesu setiap hari. Yang paling parahnya di sana disiplinnya tinggi, di Bank Indonesia itu,” kata Hotman Paris.
Saking stresnya, Hotman Paris sempat ingin mengakhiri hidupnya dengan menenggak racun seranggga.
“Sampai saya pernah hampir minum (racun serangga) itu tahun 1982,” kata Hotman Paris.
Saat akan mengakhiri hidupnya itu, Hotman justru mendengar suara tawa para tukang becak yang begitu asyik menikmati hidup mereka.
“Pada saat saya mau minum, di depan rumah para tukang becak lagi main gaplek, ketawa-ketawa ceria, bahagia” beber Hotman.
Dari situ Hotman Paris tersadar, seketika dia merasa tertampar dan mengurungkan niat untuk mengakhiri hidup.
“Di situ lah saya tersadar. Dia bisa bahagia, padahal aku sarjana kenapa nggak (bahagia)” tandasnya.
Kontributor : Rizka Utami