Infografis
Suara.com - Miftah Maulana atau lebih dikenal Gus Miftah belakangan disorot karena ucapannya pada pedagang es teh bernama Sunhaji di sebuah acara pengajian di Magelang, Jawa Tengah. Miftah dinilai mempermalukan Sunhaji di depan orang banyak.
Semula, Miftah bertanya pada Sunhaji apakah dagangannya sudah habis atau belum. Alih-alih membeli atau memborongnya, Miftah malah menyuruh Sunhaji untuk terus berkeliling.
Satu hal yang disorot publik, Miftah menggunakan diksi "goblok" ketika menyuruhnya. Meskipun belakangan, Miftah berdalih ucapannya cuma guyon.
Video olok-olok Gus Miftah viral. Banyak pihak mengecam tindakan mantan Utusan Khusus Presiden tersebut.
Baca Juga: Beda Ajaran Gus Miftah dan Ustadz Abdul Somad soal Natal Jadi Sorotan: Kelihatan yang Nggak Berilmu
Banyak yang menyayangkan gaya dakwah Miftah dalam mencerdaskan umat. Desakan untuk mundur dari jabatan di pemerintahan Presiden Prabowo pun mengalir deras.
Usai minta maaf pada Sunhaji, Miftah juga mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Utusan Khusus Presiden.
Bicara soal dakwah, Miftah belakangan sering dibanding-bandingkan dengan dai-dai lain, termasuk Ustaz Abdul Somad (UAS). Latar belakangan keduanya juga ikut disorot.
![Tangkapan layar video penjelasan Ustadz Abdul Somad soal zakat fitrah. [YouTube]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2022/04/18/19092-tangkapan-layar-video-penjelasan-ustadz-abdul-somad-soal-zakat-fitrah-youtube.jpg)
Miftah pernah berkuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, namun tak sampai selesai.Gelar S1 Pendidikan Agama Islam baru dia raih dari Universitas Islam Sultan Agung, Semarang.
Berbeda Miftah, UAS cukup kenyang dengan pendidikan Islam sejak kecil. UAS merupakan lulusan Madrasah Aliyah Nurul Falah. Dia kemudian melanjutkan kuliah di UIN Sultan Syarif Kasim Riau.
Baca Juga: Adu Pendidikan Gus Miftah vs Ustaz Maulana, Siapa Si Paling Paham Agama?
Kemudian pada 1998, UAS belajar di Universitas Al-Azhar melalui program beasiswa Mesir. Beasiswa tersebut cuma diberikan pada 100 orang Indonesia.
UAS begitu haus akan ilmu. Dari Universitas Al-Azhar, dia melanjutkan mencari ilmu lembaga pendidikan terkemuka di Maroko, Institut Darul-Hadits Al-Hassaniyah Rabat. Lembaga tersebut tiap tahunnya hanya menerima lima orang asing dan 15 orang Maroko.
Berakhir pada 2006, UAS mendapatkan gelar D.E.S.A. (dalam bahasa Perancis) atau Diploma Studi Lanjutan dari perguruan tinggi tersebut.
