Suara.com - Skandal-skandal yang mempertaruhkan citra baik Gus Miftah kini menjadi topik yang dilemparkan publik kepada para pendakwah yang lain.
Pada satu kesempatan, pertanyaan diduga seputar Gus Miftah diberikan oleh jamaah kepada Gus Baha dan para pendakwah yang mengisi sebuah acara.
"Lagi viral berita seorang 'Gus', mohon izin. Yang mungkin berceramah dengan kalimat kurang baik, sejarah panggilan Gus ini seperti apa?" tanya seorang jamaah, dilansir Suara.com pada Jumat (13/12/2024).
Mulanya, Gus Baha memberikan jawaban soal sebutan 'gus' yang mendadak menjadi bahan perdebatan. Terutama usai sebutan tersebut dianggap tak pantas dimiliki oleh Miftah Maulana Habiburrahman.
Baca Juga: Ditanya Siswi Kenapa Suka Ngomong Kasar, Jawaban Gus Miftah Bikin Kaget: Singgung PSK
Gus Baha sendiri berpendapat bahwa pertanyaan sepertii itu adalah sesuatu yang provokatif.
"Allah suka mengabaikan pertanyaan provokatif, terus pertanyaan seperti itu mesti juga diabaikan oleh Allah. Karena itu (dampaknya) buat repot," jelas Gus Baha kemudian.
Meski begitu, pria bernama lengkap Ahmad Bahauddin Nursalim ini menegaskan asal usul sebutan gus yang dimiliki olehnya.
"Memang saya termasuk Gus yang asli, itu jelas kalau itu. Lha ini Pak Fathul Wahid (Rektor UII) tahu betul keluarga saya karena beliau orang Jepara," sambung Gus Baha.
Menariknya, pada kesempatan tersebut, ada ayah dari jurnalis Najwa Shihab, Quraish Shihab. Mengenakan batik, Quraish Shihab duduk di tengah, tepat di samping Gus Baha.
Baca Juga: Gus Miftah Bongkar Alasan Dirinya Bisa Mengislamkan Ratusan Orang, Dari Prancis sampai Belanda
Namun Quiraish Shihab memiliki respons yang cukup menarik.
Alih-alih secara gamblang mengomentari kontroversi dari Gus Miftah, Quraish Shihab menyampaikan satu pesan mengenai keteladanan.
Pesan tersebut tak jauh dari topik yang memang dibahas oleh acara tersebut, Memahami Al-Qur'an dengan Meneladani Rasulullah.
Menurut Quraish Shihab, tidak semua hal yang dilakukan oleh tokoh-tokoh agam bisa diteladani dengan serta merta.
"Kamu boleh contohi (meneladani) Nabi Ibrahim kecuali satu, bahwa dia setelah mengetahui bahwa ayahnya tidak mungkin akan beriman, dia masih mau doakan," kata Quraish Shihab.
"Jangan tiru itu! Tidak mutlak kan?" ujar Quraish Shihab menyambung.