3. Perjuangan Andy F Noya jadi Wartawan

Keinginan Andy F Noya menjadi wartawan bermula dari gurunya yang bernama Bu Ana. Sejak Andy F Noya masih kecil, Bu Ana sudah melihatnya cocok menjadi seorang wartawan.
Andy F Noya kemudian memilih Sekolah Tinggi Publisistik karena membaca majalah "Gadis". Sebuah artikel menjelaskan bahwa Sekolah Tinggi Publisistik merupakan sekolah yang tepat untuk calon wartawan.
Andy F Noya pun masih ingat penulis artikel tersebut, yaitu Bernard Siregar yang merupakan redaktur Majalah Gadis sekaligus dosen Sekolah Tinggi Publisistik. Oleh sebab itu, Andy F Noya kekeuh kuliah di sana.
Sekolah Tinggi Publisistik yang tidak menerima lulusaj STM membuat Andy F Noya berjuang sampai ke Direktorat Perguruan Tinggi. Andy F Noya sampai mengajak ibunya yang menangis-nangis di hadapan rektor kala itu, Ali Mochtar Hoeta Soehoet.
Perjuangan Andy F Noya dan sang ibunda tidak sia-sia. Andy F Noya diterima menjadi mahasiswa Sekolah Tinggi Publisistik dengan syarat nilai harus bagus apabila tidak ingin dikeluarkan.
Andy F Noya berhasil membuktikan prestasinya dengan cara menjadi asisten dosen di tahun kedua kuliahnya. Kendati begitu, Andy F Noya drop out di tahun ketiga.
4. Awal Karier Andy F Noya

Berhenti kuliah tak membuat cita-cita Andy F Noya sebagai wartawan pupus. Sebab sewaktu masih kuliah, Andy F Noya digaet menjadi reporter untuk membantu Majalah Tempo menerbitkan buku "Apa dan Siapa Orang Indonesia" tahun 1985.
Di tahun yang sama, Andy F Noya bergabung dengan harian ekonomi Bisnis Indonesia salah satu anak usaha Tempo. Bahkan Andy F Noya adalah 19 reporter pertama harian tersebut.