Sampai Nanti, Hanna!: Ketika Harapan Orang Tua Menjadi Beban Anak

Selasa, 10 Desember 2024 | 16:07 WIB
Sampai Nanti, Hanna!: Ketika Harapan Orang Tua Menjadi Beban Anak
Meriam Bellina. [Instagram]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di balik kisah cinta dan perjuangan Hanna di Sampai Nanti, Hanna!, terselip cerita tentang hubungan ibu dan anak yang penuh konflik emosional. Mami Hanna, yang diperankan dengan mendalam oleh Meriam Bellina, adalah sosok ibu yang ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya.

Sebagai ibu dari tiga anak, ia memegang prinsip bahwa keberhasilan anak anaknya adalah cerminan dari keberhasilannya sebagai orang tua, terutama dalam hal pernikahan dan pilihan pasangan hidup. Namun, apa yang dianggap "terbaik" oleh sang ibu, tidak selalu sejalan dengan apa yang diinginkan Hanna, anak bungsunya.

Ketika Harapan Menjadi Tekanan Bagi Hanna, yang terlahir sebagai anak bungsu, hidup di bawah bayang-bayang dua kakaknya terasa berat. Sang ibu sering membandingkan Hanna dengan kakak-kakaknya, yang dianggap lebih sukses dan memenuhi ekspektasi keluarga. Hal ini perlahan membuat Hanna merasa terkungkung dan kehilangan kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri.

Rumah, yang seharusnya menjadi tempat nyaman, berubah menjadi ruang penuh tekanan yang mempengaruhi kepercayaan diri dan emosional Hanna.

Baca Juga: Tips Memarahi Anak dengan Bijak dan Efektif

“Sebagai ibu, Mami Hanna ingin semua anaknya berhasil. Tapi kadang cara dia mengekspresikan itu tidak selalu benar. Dia tidak sadar bahwa membandingkan anaknya dengan yang lain justru menciptakan luka dan jarak. Mami Hanna mencintai Hanna, tapi cara dia menunjukkannya mungkin terasa salah di mata anaknya," kata Meriam Bellina.

Apakah Parenting seperti Ini Relate dengan Kehidupan Nyata?
Cerita Mami Hanna bukanlah hal yang asing. Banyak anak, terutama yang lahir sebagai bungsu atau anak tengah, sering merasa dibandingkan dengan saudara kandung mereka. Harapan orang tua yang berlebihan, meskipun dimaksudkan sebagai motivasi, justru sering kali menjadi tekanan yang merusak hubungan.

Dalam film ini, penonton diajak untuk merenungkan bagaimana pola asuh seperti Mami Hanna bisa mempengaruhi perkembangan mental anak. Ketika harapan dan pembandingan terus dilakukan, anak mungkin merasa tidak cukup baik atau kehilangan arah dalam menemukan jati diri mereka.

Bagi banyak anak yang merasa tertekan oleh harapan orang tua, komunikasi adalah kunci. Berani mengungkapkan perasaan dengan cara yang baik dapat membantu menjembatani kesalahpahaman. Orang tua, seperti Mami Hanna, mungkin tidak menyadari dampak dari pola asuh mereka hingga anaknya berbicara jujur.

“Orang tua juga manusia, mereka belajar dari kesalahan. Saya harap penonton bisa melihat Mami Hanna sebagai contoh bahwa niat baik saja tidak cukup. Penting untuk mengenal anak kita dan mendukung mereka sesuai dengan keinginan mereka, bukan harapan kita," kata Meriam Bellina lagi.

Baca Juga: Sejumlah Perbuatan Durhaka Anak kepada Orang Tua

Melalui hubungan Hanna dan ibunya, film ini menunjukkan bagaimana cinta orang tua bisa berubah menjadi beban jika tidak disampaikan dengan cara yang tepat.

Film ini bukan hanya hiburan, tetapi juga cermin untuk memperbaiki hubungan dalam keluarga. Saksikan Sampai Nanti, Hanna! di bioskop dan temukan pelajaran berharga tentang cinta, keluarga, dan keberanian untuk memulai kembali.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI