Profil Gus Baha, Pendakwah yang Klaim Dirinya sebagai 'Gus' Asli

Yohanes Endra Suara.Com
Jum'at, 06 Desember 2024 | 14:13 WIB
Profil Gus Baha, Pendakwah yang Klaim Dirinya sebagai 'Gus' Asli
Gus Baha. (Facebook/Gus Baha)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ahmad Bahauddin Nursalim alias Gus Baha menuai sorotan setelah mengklaim dirinya sebagai "Gus" yang otentik dalam acara "Ngaji Bareng" yang diadakan oleh UII pada 5 Desember 2024.

Pernyataan ini muncul sebagai tanggapan terhadap kontroversi terkait ceramah Gus Miftah, yang sering menggunakan bahasa kasar dan menyentuh perasaan orang lain dengan alasan hanya bercanda.

Gus Baha menanggapi dengan bijak, mengingatkan bahwa gelar "Gus" harus diikuti dengan pemahaman dan perilaku yang sesuai dengan keilmuan agama.

Dia juga mengkritik mereka yang menggunakan gelar "Gus" tanpa memenuhi kualifikasi yang diperlukan.

Baca Juga: Abu Janda Desak Prabowo Copot Gus Miftah: Tak Pantas Jadi Utusan Presiden Urus Toleransi!

Lantas siapa sebenarnya sosok Gus Baha ini? Simak profil lengkapnya yang dirangkum dari berbagai sumber.

Profil Gus Baha

Gus Baha
Gus Baha

Gus Baha adalah seorang penceramah dan ulama ahli tafsir Al-Qur'an yang berasal dari Rembang. Pendakwah kelahiran 29 September 1970 ini dikenal memiliki pengetahuan mendalam tentang Al-Qur'an dan merupakan murid dari Kiai Maimun Zubair.

Lahir dari keluarga ulama, ayahnya, Kiai Nursalim al-Hafizh, adalah seorang pakar Al-Qur'an dan pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA. Kiai Nursalim juga merupakan murid dari ulama besar seperti Kiai Arwani Kudus dan Kiai Abdullah Salam.

Silsilah keluarga Gus Baha menunjukkan garis keturunan ulama ahli Al-Qur'an dari kedua sisi, baik dari ayah maupun ibu. Dari pihak ibu, dia merupakan bagian dari keluarga besar ulama Lasem, Bani Mbah Abdurrahman Basyeiban.

Keilmuan Gus Baha

Gus Baha
Gus Baha

Sejak kecil Gus Baha telah dididik langsung oleh ayahnya untuk menghafal Al-Qur'an dengan metode tajwid dan makhorijul huruf yang disiplin. Hasilnya, di usia muda beliau sudah hafal 30 juz Al-Qur'an beserta qiraahnya.

Baca Juga: Tanda Tangan Petisi Prabowo Pecat Gus Miftah Tembus 260 Ribu Orang, Gerindra Buka Suara

Memasuki usia remaja, Gus Baha menimba ilmu di Pondok Pesantren Al-Anwar Karangmangu asuhan KH. Maimoen Zubair. Di sinilah kemampuannya dalam ilmu hadis, fikih, dan tafsir semakin terasah.

Dia bahkan dikenal memiliki hafalan yang luar biasa, menguasai kitab-kitab penting seperti Sahih Muslim, Fathul Mu'in, 'Imrithi, dan Alfiah Ibnu Malik.

Kealiman Gus Baha membuatnya menjadi santri yang disegani. Saking luasnya ilmu dan hafalannya, dia seringkali dianggap berada di level yang berbeda dengan santri lainnya.

Karena itu, Gus Baha dipercaya untuk mengemban amanah sebagai Rois Fathul Mu'in dan Ketua Ma'arif di Pesantren Al-Anwar.

Tidak hanya cerdas, Gus Baha juga dikenal sebagai santri kesayangan KH. Maimoen Zubair. Dia sering mendampingi sang kiai dalam berbagai kesempatan, bahkan dipercaya untuk mencarikan takwil mimpi.

Meskipun pernah ditawari untuk menimba ilmu di luar negeri, Gus Baha memilih untuk tetap di Indonesia dan mengabdikan diri di Pesantren Al-Anwar dan Pondok Pesantren LP3IA milik ayahnya.

Setelah ayahnya wafat, Gus Baha meneruskan tongkat estafet kepemimpinan pesantren. Selain itu, dia juga aktif mengisi pengajian di Yogyakarta dan Bojonegoro.

Kehidupan Pribadi

Gus Baha
Gus Baha

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Gus Baha menikah dengan Ning Winda, putri seorang kiai dari Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan.

Sebelum menikah, Gus Baha dengan jujur menyampaikan kepada calon mertuanya bahwa dia hidup dalam kesederhanaan. Namun calon mertuanya menerima Gus Baha apa adanya.

Kesederhanaan Gus Baha terlihat dari pilihannya untuk pergi ke Pasuruan dengan menumpang bus ekonomi saat akan melangsungkan akad nikah. Sikap ini merupakan hasil didikan sang ayah yang telah ditanamkan sejak kecil.

Setelah menikah, Gus Baha dan istri memilih untuk hidup mandiri di Yogyakarta. Di kota gudeg ini, mereka memulai kehidupan baru dengan menyewa sebuah rumah.

Kontributor : Chusnul Chotimah

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI