Suara.com - Gaung pencopotan Miftah Maulana Habibburahman atau Gus Miftah sebagai salah satu Utusan Khusus Presiden Prabowo Subianto makin ramai disuarakan publik.
Terbaru, penulis Kalis Mardiasih lewat sebuah unggahan di akun X pada Kamis (5/12/2024), ikut menuliskan deretan alasan kenapa Gus Miftah harus lengser dari kedudukannya saat ini.
Pertama, Kalis Mardiasih menyoroti bagaimana Gus Miftah tidak bisa memuliakan orang-orang yang punya sumbangsih atas gaji dan tunjangannya sebagai Utusan Khusus Presiden.
“Sebagai Utusan Khusus Presiden, Miftah menerima gaji dan tunjangan setara dengan pejabat setingkat menteri. Hal ini diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 137 Tahun 2024. Digaji pakai uang kita, tapi Miftah tidak memiliki latar keilmuan resolusi konflik kebebasan beragama dan berkeyakinan,“ ujar Kalis Mardiasih.
Kedua, Kalis Mardiasih melihat Gus Miftah sudah beberapa kali terlibat dalam upaya kriminalisasi warga sipil atas tindakan yang mestinya tidak perlu dijatuhi hukuman penjara.
“Jejak-jejak digital yang ada menampakkan ujaran diskriminatifnya ke kelompok yang berbeda, atau statement-statement yang mendukung kriminalisasi warga sipil. Contohnya seperti Lina Mukherjee, komika Lampung Aulia Rakhman dan lain-lain,” terang Kalis Mardiasih.
“Bagaimana jika suatu saat, mulutnya yang ngawur sebagai Utusan Khusus Presiden justru memicu konflik yang berdampak merusak ke masyarakat sipil?,” lanjutnya.
Ketiga, Kalis Mardiasih merasa bukti Gus Miftah tidak berpihak ke rakyat kecil sudah banyak tersebar di media sosial. Kasus dengan pedagang es teh bukan jadi yang pertama untuk sang pendakwah.
“Sudah terlalu banyak jejak digital Miftah mengolok-olok mereka yang lemah seperti pedagang kecil, mereka yang dianggap jelek, bahkan seksisme akut melecehkan perempuan,” papar Kalis Mardiasih.
![Aktivis muda Nahdlatul Ulama (NU), Kalis Mardiasih. [Instagram @kalis.mardiasih]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/02/04/71594-kalis-mardiasih.jpg)
“Basis dari toleransi atau perdamaian aktif adalah tidak bias dan tidak menindas mereka yang lemah. Kita tidak bisa memberikan keadilan jika kita menindas mereka yang lemah,” imbuh perempuan 32 tahun.