"Gani adalah contoh bahwa mencintai itu nggak harus buru-buru, tapi harus tulus. Bahkan, kalau itu berarti menunggu kesempatan kedua," lanjutnya.
Mewakili Ibrahim Risyad, Agung mengatakan bahwa karakter Arya sebenarnya adalah refleksi nyata dari pasangan toxic.
"Arya adalah refleksi dari banyak pasangan toxic di luar
sana. Dia memiliki spektrum autism yang tidak dapat memahami kondisi dirinya sendiri," jelas Agung.
Agung mengakui bahwa merealisasikan karakter Arya adalah sebuah tantangan. Sebab, ia ingin penonton memahami sisi kompleks dari sifat toxic tanpa dijelaskan secara gamblang.
Film "Sampai Nanti, Hanna!" menjadi salah satu film bergenre slice of life yang patut ditonton sebagai pembelajaran maupun refleksi diri.
Kisah Hanna, Gani, dan Arya mengajarkan bahwa keberanian untuk keluar dari hubungan toxic adalah langkah pertama menuju kebahagiaan sejati.
Film ini akan tayang perdana mulai Kamis, 5 Desember 2024, di seluruh bioskop di Indonesia. Jangan sampai terlewat, ya!