"Membaca naskah Darah Nyai untuk yang pertama kali adalah sebuah tawaran potensi eksplorasi tema sekaligus visual yang bisa jadi jarang didapatkan oleh sutradara. Bahwa itu ditulis Azzam FiRullah dan Hikmat Darmawan, adalah sebuah 'cherry on top'. Kita tahu dari cover naskah bahwa this is not gonna be your-average-perempuan-goblok-teraniaya-yang-ga-bisa-ngapa-ngapain. Its gonna be absurdly brutal. It’s gonna be painful. It’s gonna be feel good revenge movie. It has to be," ujar Yusron Fuadi
Selain keragaman eksplorasi dalam Darah Nyai, penggunaan bahasa baku juga menjadi sebuah pendekatan kreatif dalam film ini. Darah Nyai akan membawa kita juga dalam nostalgia lisan yang acap kali menghiasi layar-layar film era 80-an dan 90-an. Film ini juga menjanjikan kebrutalan, konsisten dengan tribute kepada film era tersebut.
"Mas Hikmat sudah ngeset gaya berdialog yang jelas sangat terpengaruh gaya tahun 80-an, baku. Dan saya sangat setuju. Agak aneh dan menyebalkan bahwa akhir dekade 90-an bahasa baku berhenti menjadi bahasa dalam film. Tugas saya untuk mempreservasi itu semua while doing what I can to make it work, membingkainya dalam gaya bercerita yang koheren, sambil tentu saja menyuguhkan film balas dendam yang brutal, sekaligus feel good dan menyenangkan," tutur Yusron Fuadi.
![Film Darah Nyai. [istmewa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/12/02/76316-film-darah-nyai.jpg)
Film Darah Nyai mengeksplorasi mitos Nyai Roro Kidul yang kemudian dilekatkan dengan isu-isu mafia perdagangan manusia dan kekerasan seksual. Eksplorasi tematik ini bertujuan untuk menjadi katarsis bagi frustasi dan kemarahan sehari-hari kita melihat berbagai perilaku korup dan zalim oleh kelompok kuat di sekitar kita.
"Film Darah Nyai adalah eksplorasi mitos Nyai Roro Kidul yang dilekatkan pada isu mafia perdagangan manusia dan korupsi sistemik yang biasa makan korban orang-orang kecil. Kesadisan adegan pembalasan dari Laut Selatan menjadi metafora sekaligus penyaluran (katarsis) amarah rakyat kepada kuasa berbagai jenis mafia di sekeliling kita," imbuh Hikmat Darmawan.
Film Darah Nyai akan tayang perdana secara publik dalam rangkaian Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF) ke-19 bertajuk "Metanoia" Masuk dalam rangkaian program "Indonesian Film Showcase". Imaginarium Pictures dengan bangga menayangkan film Darah Nyai pada Kamis, 5 Desember 2024, pukul 16.45 WIB di Empire XXI, Yogyakarta.
Pemutaran Darah Nyai di JAFF 2024 adalah sebuah pemutaran perdana di bioskop, semoga kita semua bisa merayakannya. Karena jika kebenaran tidak dapat ditegakkan, biar "Nyai" yang membalas! Waktunya penghakiman!