'Waktunya Penghakiman' di Jogja Netpac Asian Film Festival dalam Darah Nyai

Yohanes Endra Suara.Com
Senin, 02 Desember 2024 | 17:15 WIB
'Waktunya Penghakiman' di Jogja Netpac Asian Film Festival dalam Darah Nyai
Film Darah Nyai. [istmewa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Imaginarium Pictures merupakan Rumah Produksi Film yang diinisiasi oleh Hikmat Darmawan (Creative Producer) dan Steve Wirawan (Producer) pada 2023. Berbasis di Jakarta, Imaginarium Pictures mengedepankan karya-karya dengan pendekatan baru yang segar dan kreatif. Menghasilkan ragam bentuk, genre, pendekatan, dan visual yang lebih bervariasi bagi penikmat film Indonesia.

Memproduksi tiga film pendek yang berjudul Tanggal Selamat Tinggal (Azzam Firullah), Firman (Kurnia Alexander), dan Akibat Internet Bebas (Azzam Firullah).

Imaginarium Pictures pada tahun 2023 memproduksi film Horor Jagal/Slasher Mistik dengan judul Darah Nyai. Yusron Fuadi atau yang akrab disapa Mas Yos didapuk sebagai sutradara dalam proyek film layar lebar perdana Imaginarium Pictures. Yusron Fuadi sendiri merupakan sutradara asal Yogyakarta yang banyak menelurkan film fiksi seperti Pendekar Kesepian (2014), Tengkorak (2018), Bambang (2022), dan Setan Alas! (2023, pemenang tiga piala Hanoman Award dari JAFF 2023). Selain Yusron, Imaginarium Pictures juga mempercayakan Azzam Fi Rullah untuk bersama-sama mengembangkan naskah, kolaborasi ini kemudian membuka keragaman estetika dan moda produksi dalam pembuatan sebuah film.

Film Darah Nyai. [istmewa]
Film Darah Nyai. [istmewa]

“Imaginarium memproduksi film dalam kerangka keragaman estetika dan moda produksi. Darah Nyai adalah produksi film panjang pertama kami, dan mengajak Azzam Firullah (sutradara film pendek yang telah mencapai status cult di kalangan penggemar horor) untuk mengembangkan naskah dari cerita saya. Yusron "Yos" Fuadi, sutradara film Tengkorak dan pemenang JAFF 2023 lewat film Setan Alas! (The Draft), bergabung karena kecocokan "ideologis" penggemar film-film Hong Kong 1990-an dan memang terbukti memberi kesegaran penggunaan kamera dan pengadeganan dalam Darah Nyai. Militansi Yos membuatnya pilihan tepat untuk menggarap film kami.” ungkap Hikmat Darmawan Film Darah Nyai sendiri menceritakan pembunuhan Lisa, korban pemerkosaan dan jasadnya dibuang ke laut Pantai Selatan.

Baca Juga: Ulasan Film I, The Executioner: Aksi Hwang Jung Min Meringkus Jung Hae In

“Nyai” yang murka atas tindakan keji tersebut kemudian memilih Rara untuknmelakukan pembalasan dan penghakiman dengan memberikannya kekuatan supranatural.

Film Darah Nyai dibintangi oleh; Violla Georgie (Rara), Robet Chaniago (Ivan), Rory Asyari (Boni), Winner Wijaya (Dodi), Rayner Wijaya (Arthur), Wieshley Brown (Nathan), Vonny Anggraini (Inspektur Yanti), Jessica Katharina (Dayang Nyai Sumekar), Djenar Maesa Ayu (Mbak Endang), Paul Agusta (Mafia Perdagangan Manusia), dan masih banyak lagi.

Ekspolrasi, kata yang tepat dalam menggambarkan film Darah Nyai. Script, visual, dan tema dimasak bersama dengan ‘kegilaan’ yang lahir dari kolaborasi Hikmat Darmawan, Azza Fi Rullah dan Yusron Fuadi selaku sutradara.

“Membaca naskah Darah Nyai untuk yang pertama kali adalah sebuah tawaran potensi eksplorasi tema sekaligus visual yang bisa jadi jarang didapatkan oleh sutradara. Bahwa itu ditulis Azzam FiRullah dan Hikmat Darmawan, adalah sebuah ‘cherry on top’. Kita tahu dari cover naskah bahwa this is not gonna be your-average-perempuan-goblok-teraniaya-yang-ga-bisa-ngapa-ngapain. Its gonna be absurdly brutal. It’s gonna be painful. It’s gonna be feel good revenge movie. It has to be.” Begitu ujar Yusron Fuadi

Selain keragaman eksplorasi dalam Darah Nyai, penggunaan Bahasa Baku juga menjadi sebuah pendekatan kreatif dalam film ini. Darah Nyai akan membawa kita juga dalam nostalgia lisan yang acap kali menghiasi layar-layar film era 80-an dan 90-an. Film ini juga menjanjikan kebrutalan, konsisten dengan tribute kepada film era tersebut.

Baca Juga: Review Film Freelance: Aksi Mantan Pasukan Khusus dalam Misi Penyelamatan

“Mas Hikmat sudah ngeset gaya berdialog yang jelas sangat terpengaruh gaya tahun 80-an. Baku. Dan saya sangat setuju. Agak aneh dan menyebalkan bahwa akhir dekade 90-an bahasa baku berhenti menjadi bahasa dalam film. Tugas saya untuk mempreservasi itu semua while doing what I can to make it work, membingkainya dalam gaya bercerita yang koheren, sambil tentu saja menyuguhkan film balas dendam yang brutal, sekaligus feel good dan menyenangkan,” tutup Yusron Fuadi.

Film Darah Nyai. [istmewa]
Film Darah Nyai. [istmewa]

Film Darah Nyai mengeksplorasi mitos Nyai Roro Kidul yang kemudian dilekatkan dengan isu-isu mafia perdagangan manusia dan kekerasan seksual. Eksplorasi tematik ini bertujuan untuk menjadi katarsis bagi frustasi dan kemarahan sehari-hari kita melihat berbagai perilaku korup dan zalim oleh kelompok kuat di sekitar kita.

“Film Darah Nyai adalah eksplorasi mitos Nyai Roro Kidul yang dilekatkan pada isu mafia perdagangan manusia dan korupsi sistemik yang biasa makan korban orang-orang kecil. Kesadisan adegan pembalasan dari Laut Selatan menjadi metafora sekaligus penyaluran (katarsis) amarah rakyat kepada kuasa berbagai jenis mafia di sekeliling kita,” ungkap Hikmat Darmawan.

Film Darah Nyai akan tayang perdana secara publik dalam rangkaian Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF) ke-19 bertajuk “METANOIA”. Masuk dalam rangkaian program “Indonesian Film Showcase”. Imaginarium Pictures dengan bangga menayangkan film Darah Nyai pada Kamis, 5 Desember 2024, pukul 16.45 WIB di Empire XXI, Yogyakarta.

Pemutaran Darah Nyai di JAFF 2024 adalah sebuah pemutaran perdana di bioskop, semoga kita semua bisa merayakannya. Karena jika kebenaran tidak dapat ditegakkan, biar “Nyai” yang membalas! Waktunya penghakiman!

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI