Suara.com - “Ini pertama kali kami tampil di Jakarta. Terima kasih karena sudah menjadikannya pengalaman yang indah.” Ucapan St. Vincent kepada penonton tersebut menyimpulkan perasaan kolektif di Joyland Festival Jakarta 2024 yang diadakan oleh Plainsong Live.
Sekitar 45.000 penonton meramaikan Stadion Baseball GBK Senayan dari 22 hingga 24 November untuk menyaksikan sederet pertunjukan yang penuh kenangan dan bahkan emosi. Ada banyak aksi yang layak disorot, termasuk dari St. Vincent sendiri yang mengatasi hambatan semua peralatannya kecuali satu gitar miliknya gagal tiba sesuai rencana, dan tetap mampu mempersembahkan pertunjukan seru yang memadukan koreografi dan spontanitas. Artis asal Amerika Serikat tersebut membawakan lagu-lagu dari album terbaru All Born Screaming yang mendapat empat nominasi Grammy Awards dan menciptakan momen puncak dengan menyanyikan “New York” sambil berselancar di atas penonton.
Atraksi utama lainnya di panggung-panggung Joyland dan Plainsong Live adalah AIR yang merayakan ulang tahun ke-30 Moon Safari, album debut duo asal Perancis tersebut, dengan membawakannya secara utuh; Real Estate, band indie rock kecintaan asal Amerika Serikat yang membuat penonton menyanyikan intro gitar “Darling” dan lagu-lagu lain dari diskografi mereka; Hyukoh dari Korea Selatan dan Sunset Rollercoaster dari Taiwan bersatu untuk membawakan lagu-lagu dari album kolaborasi AAA dan juga tembang masing-masing band; grup post-rock asal Jepang, Mono, yang masih terdengar kolosal pada kunjungan kelima mereka ke Indonesia; Balming Tiger, kolektif alternative K-pop yang menciptakan suasana berenergi tinggi di panggung; Bombay Bicycle Club dari Inggris yang membuat penonton bernyanyi dari awal hingga akhir set; dan Blueboy, grup indie pop asal Inggris yang reuni belum lama ini dan berhasil mengumpulkan beberapa generasi penggemar dan membuat menangis mereka yang tumbuh bersama musiknya dan tak menyangka ada kesempatan menonton Blueboy.
Artis internasional lainnya yang turut tampil di panggung-panggung besar adalah Silica Gel, Bubble Tea & Cigarettes, Automatic, Surprise Chef, John Carroll Kirby, DYGL serta Brainstory, dan mereka semua tampil dengan maksimal serta mendapat banyak penggemar baru.
Penampilan artis-artis Indonesia di panggung utama juga tak kalah mengesankan, dengan Efek Rumah Kaca mementaskan kembali Konser Rimpang dari tahun lalu dengan membawakan album keempat mereka, Rimpang, lengkap dengan instalasi panggung yang memukau; Majelis Lidah Berduri menghidupkan album baru Hujan Orang Mati dengan sentuhan teatrikal yang melibatkan penari dan kostum; Pentas Sihir menggabungkan Lomba Sihir dengan Hindia dan band pengiringnya Blue Valley Radio untuk membawakan lagu-lagu hit tanpa henti; dan kolektif pop baru Bank – yang pentas pertamanya adalah di Joyland Festival Bali pada Maret lalu – menandakan rilisnya album debut mereka, Fana, dengan membawakannya secara utuh.
Penampilan oleh .FEAST, The S.I.G.I.T., Sigmun, Maliq & D’Essentials, Ali dan The Adams juga menjadi pengingat bahwa penggemar musik Indonesia pasti akan hadir untuk mendukung para pahlawan lokal mereka.
Sementara itu, area Lily Pad terasa seperti pesta eklektik yang non-stop selama tiga hari berkat artis-artis Indonesia dan internasional yang dipilih oleh White Shoes & The Couples Company selaku kurator. Kini dikembangkan menjadi dua komponen, panggung Lily Pad menjadi rumah bagi pertunjukan dari ikon rock asal Jepang, The 5.6.7.8’s, yang juga menghormati Dara Puspita sebagai sesama pionir band rock Asia beranggota perempuan dengan membawakan lagu “A Go Go”; psychedelic rock dengan rasa unik yang dibawakan oleh Khun Narin Electric Phin Band menunjukkan kenapa grup lintas generasi asal Thailand itu sempat viral di YouTube satu dekade lalu; Idiotape asal Korea Selatan mengguncang penonton dengan perpaduan musik rock dan elektronik yang intens; The Panturas memperkenalkan lagu-lagu berbahasa Sunda dari album mini terbaru, Galura Tropikalia; Teenage Death Star tetap menjadi band panggung yang dapat diandalkan untuk menciptakan kekacauan; dan Drizzly, The Cottons dan Jessla menjadi contoh dari musik bagus asal Indonesia yang siap untuk ditemukan. Pertunjukan di panggung diselingi oleh DJ set dari bilik di seberangnya, dengan DJ Yesyes, Cami Layé Okún, Masaya Fantasista & Mikey Varot, Danniella Dee, Habibi Funk, Plastic, Prontaxan, Bosborot dan Asa Kusumah sebagai penyedia beat yang membuat pesta dansa terus berlanjut hingga lewat tengah malam.
“Kami senang sekali melihat banyak yang terhibur dengan apa yang disajikan di Lily Pad tahun ini. Banyak respon baik yang berdatangan kepada kami, baik dari penonton maupun performer,” kata White Shoes & The Couples Company, yang para anggotanya juga tampil di Lily Pad sebagai band maupun DJ di samping menjadi kurator. “Di luar panggung para performer juga saling berkenalan, dan berjejaring untuk masa mendatang. Harapan kami, semoga pengaruh yang baik dari festival ini bisa berlanjut ke tempat-tempat lain.”
Pengunjung festival yang butuh selingan dari musik juga dapat menikmati panggung komedi tunggal Shrooms Garden yang dikuratori Soleh Solihun dengan Nopek Novian, Rigen Rakelna dan Musdalifah Basri sebagai bintang utama, serta menampilkan sederet komika segar. Bakat segar juga menjadi kriteria utama di balik film-film pendek pilihan Joko Anwar yang ditayang di layar Cinerillaz, termasuk Accidentally Intentional oleh Kevin Rahardjo yang akan menyutradarai film layar lebar Legenda Kelam Malin Kundang yang diproduksi perusahaan Come and See Pictures pimpinan Joko.
Baca Juga: KPU Jakarta Diduga Bantah Data yang Muncul di Situs Resmi, Netizen Curiga Demi 2 Putaran
Terakhir, area White Peacock mengalami perombakan terbesar dengan menempati ruangan Stadion Tenis Indoor yang menyediakan banyak tempat bagi anak-anak kecil untuk berlarian dan berekspresi melalui berbagai aktivitas seru bersama orang tua sambil menikmati pembacaan cerita oleh Sal Priadi dan pertunjukan akustik spesial oleh Maliq & D’Essentials. Orang-orang dewasa juga bisa bersenang-senang di White Peacock dengan bermain catur, membaca kartu tarot, membuat tali telepon dan kolase jurnal, dan masih banyak lagi.
Secara keseluruhan, Joyland Festival Jakarta 2024 menjadi satu lagi edisi yang penuh kenangan dari acara tersebut berkat kru, staf, pedagang, partner, penonton dan semua pihak yang terlibat. Seperti kata salah satu penonton, Yehezkiel Sihombing, di Instagram, “Joyland adalah festival favorit kami. Bukan karena itu festival terbesar, tapi karena terus bertumbuh bersama penontonnya. Festival itu tidak sempurna, namun di setiap edisi mereka berusaha untuk memperbaiki kekurangannya.”
“Setiap tahun menghelat Joyland Festival tidak membuat prosesnya lebih mudah, tidak terkecuali edisi Jakarta 2024 ini. Kami merancang setiap edisi dengan sepenuh hati dan memikirkan banyak perspektif: tim kerja, pengisi acara, dan terutama pengunjung,” kata Ferry Dermawan, Direktur Program Joyland Festival. “Kami ucapkan banyak terima kasih untuk semua kawan dan rekan yang peduli dan rekan yang peduli dan ikut tumbuh bersama Joyland! Hati kami penuh.”
Semoga masih ada banyak pengalaman indah lagi bersama Joyland Festival di tahun 2025!